Teori sosial kognitif (social cognitive theory = teori kognitif sosial) adalah salah satu teori belajar yang menjelaskan pola-pola perilaku. Teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang cenderung untuk meniru atau meneladani apa yang mereka lihat melalui media atau orang lain. Teori sosial kognitif merupakan pengembangan dari teori belajar sosial yang menyediakan kerangka kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia.
Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas kita untuk belajar tanpa melalui pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga dengan teori belajar observasional bergantung pada sejumlah hal termasuk kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, melakukan identifikasi dengan cara memediasi karakter, dan keadaan atau situasi yang mempengaruhi peniruan perilaku.
Sebagai salah satu teori belajar, teori sosial kognitif kerapkali digunakan untuk mempelajari media dan komunikasi massa, komunikasi kesehatan, dan komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal. Tujuan teori sosial kognitif adalah untuk menjelaskan bagaimana orang mengatur perilakunya melalui kontrol dan peneguhan atau penguatan untuk mencapai perilaku yang diarahkan pada tujuan yang dapat dipertahankan sepanjang waktu.
Baca juga : Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan – Komunikasi Pembelajaran – Teori Belajar Sibernetik
Manusia belajar melalui pengamatan baik secara langsung maupun melalui media. Adapun ahli psikologi yang pertama kali menaruh perhatian pada proses belajar melalui pengamatan adalah Neal Miller dan John Dollard (1941) melalui teori belajar sosial (social learning theory). Miller dan Dollard berpendapat bahwa belajar meniru terjadi ketika pengamat termotivasi untuk belajar, ketika berbagai petunjuk atau elemen perilaku yang akan dipelajari disajikan, ketika pengamat menampilkan perilaku yang diberikan, dan ketika pengamat secara positif diperkuat untuk meniru perilaku. Dengan kata lain, orang dapat meniru perilaku yang ia lihat, perilaku itu akan diperkuat dan karenanya dipelajari.
Baca juga : Psikologi Komunikasi – Teori Psikologi Komunikasi
Kemudian, Albert Bandura dan R.H Walters mengembangkan proposisi teori belajar sosial dengan menambahkan berbagai prinsip pembelajaran observasional serta peneguhan gantian atau peneguhan perwakilan. Penambahan prinsip ini dilakukan setelah melalui serangkaian eksperimen yang dikenal dengan “Bobo doll experiment” pada tahun 1961 dan 1963. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui mengapa dan kapan anak-anak menampilkan perilaku agresif. Hasil studi menunjukkan bahwa perilaku baru diperoleh melalui nilai pemodelan.
Bandura kemudian mengembangkan gagasan Miller dan Dollard tentang bagaimana perilaku diperoleh melalui sebuah artikel yang dibuat tahun 1977. Dalam artikelnya, Bandura menjelaskan bahwa teori belajar sosial menunjukkan sebuah hubungan langsung antara self-efficacy yang dirasakan seseorang dengan perubahan perilaku. Self-efficacy berasal dari empat sumber yaitu pencapaian penampilan, pengalaman pengganti, persuasi verbal, dan pernyataan fisiologis.
Baca juga : Komunikasi Persuasif – Teori Komunikasi Persuasif
Di tahun 1986, melalui bukunya Bandura mengembangkan sebuah teori yang diberi nama social cognitive theory atau teori sosial kognitif. Perubahan nama dari teori belajar sosial ke teori sosial kognitif dimaksudkan untuk menekankan peran utama yang dimainkan kognisi dalam pengkodean dan penampilan perilaku.
Lebih lanjut Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh personal (kognitif, afektif, kejadian-kejadian biologis), perilaku, dan lingkungan. Hal ini berkebalikan dari teori-teori psikologis tradisional yang menekankan bahwa pembelajaran diperoleh melalui pengalaman secara langsung. Lebih lanjut Bandura menyatakan bahwa secara virtual, semua fenomena pembelajaran dapat terjadi melalui pengamatan perilaku orang lain dan konsekuensinya (Baca juga : Teori Operant Conditioning).
Di tahun-tahun berikutnya, Bandura terus mengembangkan dan menerapkan teori sosial kognitif ke dalam berbagai bidang, di antaranya adalah komunikasi massa dan komunikasi kesehatan. Contohnya, teori sosial kognitif sebagai salah satu teori komunikasi massa khususnya teori efek media massa, Bandura menekankan pada peran media massa dalam menyebarluaskan informasi tentang perilaku baru. Setiap orang atau individu tidak bergantung pada pengaruh yang diberikan orang lain untuk mediasi dan memberi informasi kepada mereka.
ilaku baru dan potensi konsekuensi yang ada dapat digambarkan, diamati, dan dimodelkan melalui televisi atau internet dalam skala besar. Jadi, perilaku yang dilambangkan atau disimbolkan itu diamati, diteliti dan dievaluasi secara kognitif, dipilih sebagai motivasi dan dicoba untuk diterapkan dalam kehidupan. Jika perilaku tersebut terbukti berguna maka perilaku tersebut akan diadopsi. Sebaliknya, jika terbukti perilaku tersebut tidak berguna maka perilaku tersebut akan ditolak.
Baca juga : Media Massa Menurut Para Ahli – Teori Media Massa
Pengertian
Telah disebutkan sebelumnya bahwa Bandura merubah nama teori belajar sosial menjadi teori sosial kognitif guna membantu untuk membedakan teori Bandura dengan teori lainnya yang sejenis. Di samping itu, perubahan nama ini terkait dengan penggunaannya untuk memperjelas bagaimana orang memperoleh kompetensi kognitif, sosial, emosional, dan perilaku, namun juga bagaimana mereka memotivasi dirinya dan mengatur perilaku mereka serta menciptakan sistem sosial yang mengatur dan menyusun kehidupan mereka.
Tujuan penggunaan kata sosial dan kognitif oleh Bandura bukanlah tanpa alasan. Terkait dengan hal ini, Bandura menjelaskan bahwa dalam sebutan yang lebih tepat sebagai teori sosial kognitif, bagian sosial dari judul tersebut mengakui asal usul sosial dari banyak pemikiran dan tindakan manusia. Sementara itu, bagian kognitif mengakui kontribusi proses kognitif yang berpengaruh terhadap motivasi, dampak, dan tindakan.
Baca juga : Pengertian Informasi Menurut Para Ahli – Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli
Teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Bandura berawal dari berbagai gagasan teori seperti berikut ini :
1. Model penyebab – model of causation
Adaptasi yang dilakukan oleh manusia dijelaskan dalam istilah “triadic reciprocal causation” atau “timbal balik triadik”. Model penyebab ini menggambarkan adanya interaksi yang berlangsung secara terus menerus antara faktor lingkungan, perilaku, dan pribadi.
2. Melambangkan kemampuan – symbolizing capability
Kapasitas manusia untuk melambangkan kebebasan dari proses belajar “trial and error”. Simbolisasi memungkinkan pemikiran abstrak dimana individu dapat mengkonseptualisasikan pengalaman yang mungkin dan mengujinya dengan pemikiran rasional.
3. Kemampuan perwakilan – vicarious capability
Seseorang dapat mempelajari perilaku dengan mengamati tindakan orang lain dan konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Kemampuan manusia untuk belajar secara turun temurun dapat menghalangi kebutuhan akan pendekatan trial and error, “belajar sambil melakukan” untuk mencapai perilaku. Manusia mempelajari berbagai kegiatan penting dengan memodelkan atau meneladani bahasa perilaku yang diamati, misalnya mengendarai mobil. Kemampuan manusia untuk pengalaman perwakilan ditumbuhkembangkan dengan memperluas gerai komunikasi massa yang menyediakan lingkungan simbolis yang kaya dan memperluas kesempatan peneladanan.
4. Kemampuan berpikir – forethought capability
Sebagian perilaku manusia bersifat purposif atau memiliki tujuan dan karenanya diatur oleh pemikiran sebelumnya. Pemikiran mungkin memerlukan konsekuensi tindakan, menetapkan tujuan, dan merencanakan tindakan. Melambangkan adalah alat untuk melakukan pemikiran sebelumnya. Hal ini memungkinkan individu untuk mengkonseptualisasikan perilaku dan hasilnya serta menciptakan motivasi atau hambatan untuk memandu pemilihan tindakan.
5. Kemampuan mengatur diri sendiri – self-regulatory capability
Individu menggunakan kombinasi standar pribadi dan masyarakat untuk mengevaluasi perilaku mereka dan mengubahnya sesuai kebutuhan. Pengawasan diri ini dapat memiliki dampak motivasi atau penghambatan ketika seseorang mempertimbangkan tindakan.
6. Kemampuan refleksi diri – self-reflective capability
Melalui refleksi diri, orang mengevaluasi perilaku mereka dan melakukan penyesuaian terhadapnya sesuai dengan konsekuensi perilaku dan kepatuhannya terhadap standar internal dan eksternal. Kegiatan metakognitif ini merupakan bagian integral dari persepsi individu tentang self-efficacy atau kompetensi mereka. Bandura menekankan bahwa refleksi diri dapat menghasilkan pola pikir yang salah.
7. Sifat manusia – human nature
Faktor genetik dapat mempengaruhi potensi perilaku. Tindakan manusia adalah kombinasi antara kemampuan kognitif yang dipelajari dengan faktor psiko-fisiologis bawaan.
Baca juga : Komunikasi Intrapersonal – Teori Komunikasi Interpersonal
Teori sosial kognitif menekankan bahwa proses pembelajaran melalui pengamatan bukanlah proses yang sederhana. Menurut Bandura, manusia adalah agen atau manajer bagi perilaku mereka sendiri. Berdasarkan gagasan inilah, Bandura kemudian mengidentifikasi beberapa konsep kritis pembelajaran. Berikut adalah beberapa konsep dalam teori sosial kognitif :
1. Agen manusia
Agen manusia adalah konsep dimana para pelajar atau peserta didik membuat sebuah keputusan yang disengaja untuk berinvenstasi dalam belajar dan memberlakukan perubahan perilaku. Fitur inti dari agen adalah kekuatan untuk memulai tindakan untuk tujuan tertentu. Teori sosial kognitif mengidentifikasi tiga mode agen manusia yaitu pribadi atau personal, proksi, dan kolektif.
2. Pengaturan diri
Pengaturan diri mengacu pada pemikiran, perasaan, dan tindakan yang dihasilkan sendiri, yang direncanakan, dan disesuaikan secara berulang dengan pencapaian tujuan probadi. Menurut Bandura, pengaturan diri beroperasi melalui seperangkat subfungsi psikologis yaitu subfungsi pemantauan diri, subfungsi penghakiman, dan pengaruh reaktif diri sendiri.
3. Keyakinan akan kemampuan diri
Kemampuan diri memainkan peran sentral dalam proses pengaturan diri. Ini menyangkut kepercayan individu terhadap kemampuan mereka untuk berhasil mengendalikan tindakan atau kejadian dalam kehidupan mereka. Keyakinan ini didasarkan pada perasaan individu bahwa mereka memiliki kemampuan kognitif, motivasi, dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Ada empat sumber informasi utama yang membuat kemampuan diri peserta didik yaitu pengalaman penguasaan enaktif, pengalaman gantian, persuasi sosial, keadaan fisiologis dan pernyataan psikologis.
Baca juga : Macam-macam Media Komunikasi – Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung
Menurut Bandura, teori sosial kognitif mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses mental yang mungkin atau tidak direfleksikan dalam perubahan perilaku yang segera. Teori sosial kognitif menjelaskan bagaimana orang memperoleh dan mengelola atau menjaga pola-pola perilaku. Teori ini juga menyuguhkan dasar bagi adanya strategi intervensi. Melakukan evaluasi terhadap perubahan perilaku bergantung pada faktor lingkungan, orang, dan perilaku. Teori sosial kognitif juga menyuguhkan sebuah kerangka kerja bagi perencanaan, pengimplementasian, dan evaluasi program.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori sosial kognitif memiliki beberapa asumsi dasar sebagai berikut :
Baca juga : Tugas Editor Film – Cara Menulis Berita
Teori sosial kognitif memiliki beberapa konsep dasar yaitu :
A. Determinisme timbal balik (Reciprocal determinism)
konsep inti teori sosial kognitif yang merujuk pada interaksi yang dinamis dan timbal balik antara manusia, lingkungan, dan perilaku.
B. Kemampuan perilaku (Behavioral capability)
Merujuk pada kemampuan aktual seseorang untuk menampilkan perilaku melalui pengetahuan dan keterampilan. Untuk menampilkan perilaku dengan baik, seseorang harus mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Orang belajar dari konsekuensi atau akibat dari perilaku mereka yang juga mempengaruhi lingkungan dimana ia tinggal.
C. Pembelajaran observasional (Observational learning)
Merupakan cara atau metode dimana orang dapat menyaksikan dan mengamati sebuah perilaku yang ditampilkan oleh orang lain dan kemudian memproduksi ulang tindakan-tindakan tersebut. Hal ini kerapkali terjadi melalui pemodelan atau peneladanan perilaku. Jika individu melihat demonstrasi perilaku yang berhasil, maka mereka juga dapat menampilkan perilaku dengan berhasil.
D. Peneguhan (Reinforcements)
Merujuk pada tanggapan internal atau eksternal terhadap perilaku orang lain yang mempengaruhi keberlanjutan perilaku. Peneguhan atau penguatan dapat dimulai oleh diri sendiri atau dalam lingkungan. Peneguhan atau penguatan dapat bersifat positif maupun negatif. Peneguhan atau penguatan merupakan konstruksi teori sosial kognitif yang terkait erat dengan hubungan timbal balik antara perilaku dengan lingkungan.
E. Harapan (Expectations) – merujuk pada akibat atau konsekuensi perilaku seseorang yang diantisipasi sebelumnya. Hasil pengharapan atau ekspektasi dapat berupa hubungan yang sehat atau tidak. Orang mengantisipasi konsekuensi tindakan yang akan mereka lakukan sebelum terlibat dalam perilaku. Akibat atau konsekuensi yang diantisipasi sebelumnya dapat mempengaruhi sukses tidaknya perilaku. Harapan sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya dan menitikberatkan pada nilai yang diberikan pada hasil dan subyektif terhadap individu.
F. Self-efficacy – merujuk pada tingkatan kepercayaan diri seseorang dalam kemamapuannya untuk menampilkan perilaku dengan sukses. Self-efficacy merupakan keunikan dalam teori sosial kognitif yang dipengaruhi oleh kemampuan spesifik seseora
dan faktor-faktor yang dimiliki oleh orang lain dan lingkungan.
Baca juga : Teori Pelanggaran Harapan – Teori Manajemen Koordinasi Makna
Sebagaimana teori komunikasi lainnya, teori sosial kognitif pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan teori sosial kognitif adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan teori sosial kognitif
Kelebihan teori sosial kognitif adalah sebagai berikut :
b. Kekurangan teori sosial kognitif
Kekurangan teori sosial kognitif adalah sebagai berikut :
Baca juga : Pengantar Ilmu Komunikasi – Hambatan Komunikasi Antar Pribadi – Teori Interaksi Simbolik
Mempelajari teori sosial kognitif dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :
Demikianlah ulasan singkat tentang teori sosial kognitif. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang akar teori sosial kognitif dan batasan yang dimilikinya.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…