Menurut Jandt (2009), komunikasi internasional adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk mempelajari kaitan antara komunikasi dan budaya. Istilah komunikasi internasional sendiri digunakan untuk mempelajari arus komunikasi di antara negara-negara khususnya komunikasi antara pemerintahan nasional. Komunikasi internasional juga mempelajari perbandingan berbagai sistem komunikasi massa nasional. Selain itu, komunikasi internasional juga dimaknai sebagai komunikasi global yang digunakan untuk merujuk pada komunikasi lintas batas yang dilakukan oleh kelompok, institusi, dan pemerintah.
Kamalipour dalam Malik (2017) menambahkan beberapa padanan istilah bagi komunikasi internasional yaitu transborder communication (komunikasi lintas batas), intercultural communication (komunikasi antarbudaya), cross-cultural communication (komunikasi lintas budaya), dan international relations (hubungan internasional). Istilah-istilah tersebut kerap saling dipertukarkan karena semuanya merujuk pada arus informasi yang melintasi batas-batas geografis dari negara-negara.
Sementara itu, menurut O.U. Effendy, komunikasi internasional adalah komunikasi yang dilakukan komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan kerja sama, melalui berbagai media komunikasi atau media massa internasional. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi internasional memiliki beberapa karakteristik yaitu pesan bersifat internasional, komunikator dan komunikan berbeda kebangsaan, dan saluran media yang digunakan bersifat internasional.
Media Komunikasi Internasional
Sebagaimana bidang atau konteks komunikasi lainnya, komunikasi internasional juga memerlukan kehadiran media guna mendukung proses komunikasi internasional. Menurut Malik (2017), media yang digunakan untuk kegiatan komunikasi internasional bersifat konvergen dengan cakupan media konvensional seperti radio, televisi, film, surat kabar, dan majalah, maupun media interaktif seperti media daring, web, twitter, dan facebook. Lebih lanjut Malik (2017) menjelaskan bahwa dilihat dari struktur industrinya, media yang beroperasi dalam komunikasi internasional dilakukan oleh public broadcasting maupun private broadcasting. Public broadcasting biasanya berorientasi pada kepentingan publik sebagai warga negara, sedangkan private broadcasting berorientasi pada kepentingan bisnis.
Adapun fungsi komunikasi internasional adalah untuk mendinamisasikan hubungan internasional yang dijalin antara dua negara atau lebih serta membantu tercapainya tujuan hubungan internasional dan meningkatkan capaian-capaian yang dikehendaki. Dengan kata lain fungsi komunikasi internasional adalah melakukan diplomasi publik yakni upaya untuk memberi informasi, mempengaruhi, dan mengikat publik global untuk mendukung kepentingan nasional.
Kegiatan Komunikasi Internasional
Komunikasi internasional meliputi berbagai macam kegiatan yang dapat dilihat dari beberapa perspektif yaitu perspektif jurnalistik, perspektif diplomatik, dan perspektif propagandistik.
- Kegiatan komunikasi internasional berdasarkan perspektif jurnalistik pada umumnya dilakukan melalui saluran media massa cetak dan elektronik. Adapun arus informasi bersifat satu arah yakni dari negara maju ke negara berkembang. Hal ini mengakibatkan negara berkembang menghendaki new information order atau tata informasi baru.
- Kegiatan komunikasi internasional berdasarkan perspektif diplomatik pada umumnya dilakukan secara interpersonal atau melalui kelompok kecil oleh pemerintah atau negara dengan pemerintah atau negara lain melalui saluran diplomatik. Adapun tujuan kegiatan komunikasi internasional dalam perspektif diplomatik adalah menghindari konflik antarnegara, mengembangkan kerjasama bilateral atau multilateral, memperkuat posisi tawar-menawar, meningkatkan citra dan reputasi suatu negara, memelihara perdamaian dunia, dan mengembangkan pembangunan internasional.
- Kegiatan komunikasi internasional berdasarkan perspektif propagandistik pada umumnya ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak negara lain untuk mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan melalui buku, film, pameran, atau diskusi. Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh penguatan dan perluasan dukungan rakyat dan negara sahabat terhadap permasalahan yang dihadapi misalnya melawan terorisme, narkoba, dan komunisme; mempertajam dan mengubah sikap dan cara pendang terhadap kebijakan luar negeri; serta pelemahan dan peruntuhan pemerintahan asing.
Sebagian besar kegiatan komunikasi internasional tersebut dilakukan melalui media. Adapun pengaruh media dalam kegiatan komunikasi internasional meliputi :
1. Menyediakan Informasi
Salah satu peran media dalam demokrasi adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh publik. Media dalam kegiatan komunikasi internasional juga berperan sebagai sumber informasi utama yang menyediakan jenis-jenis informasi terkait permasalahan internasional kepada publik. Pada umumnya, publik bergantung pada media berita sebagai sumber informasi utama dan dasar bagi mereka untuk membentuk opini dan keputusan untuk memilih. Pesan-pesan yang dipilih dalam media komunikasi internasional inilah yang kemudian memberikan dampak atau pengaruh terhadap masyarakat keseluruhan.
2. Menyebarluaskan Informasi
Media komunikasi internasional tidak hanya menyediakan informasi tentang permasalahan komunikasi internasional kepada publik melainkan juga menyebarluaskan informasi tersebut ke seluruh dunia. Pada awalnya, informasi hanya bisa diakses melalui institusi negara dan arus informasi dari negara ke warga negaranya sangat diawasi. Sejak kehadiran internet sebagai media komunikasi, arus informasi sangatlah bebas. Informasi pun dapat tersebar luas dengan sangat cepat. Dari sinilah kemudian timbul gagasan tentang e-diplomacy atau digital diplomacy.
3. Membentuk dan Mempengaruhi Persepsi Publik
Pemerintah dapat menggunakan media komunikasi untuk membentuk dan mempengaruhi persepsi publik agar publik mendukung kebijakan luar negeri yang dibuat. Hal-hal yang umumnya dilakukan untuk membentuk dan mempengaruhi persepsi publik adalah promosi atau sosialisasi kebijakan melalui kampanye publik, membentuk dan membangun hubungan baik dengan jurnalis dan perusahaan media. Misalnya, kampanye yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dan Inggris untuk meyakinkan warga negaranya dan warga dunia bahwa Saddam Hussein benar-benar merupakan ancaman bagi dunia karena ditengarai memiliki senjata pemusnah massal dan memiliki hubungan dengan terorisme.
4. Membentuk Opini Publik
Menurut teori framing, media berpengaruh dalam membentuk opini publik dan individu melalui pembentukan frame-frame pemberitaan dari beragam peristiwa yang diberitakan. Cara media massa memberitakan beragam peristiwa inilah yang mempengaruhi penafsiran khalayak terhadap pemberitaan yang disajikan oleh media massa. Hal ini pun berlaku pada pemberitaan isu-isu internasional oleh media massa. Misalnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah Amerika Serikat dan Inggris berupaya untuk membentuk dan mempengaruhi persepsi publik bahwa Irak merupakan ancaman dunia karena dianggap memiliki senjata pemusnah massal dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan terorisme. Pembentukan persepsi ini dilakukan melalui pemberitaan di media massa yang dilakukan secara intens hingga akhirnya membentuk opini publik di negara masing-masing dan dunia. Opini yang terbentuk ini menjadi dasar bagi Amerika Serikat dan Inggris untuk membuat kebijakan luar negerinya.
5. Mengarahkan Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri yang dibuat oleh suatu negara sebagian besar berkaitan dengan opini publik yang dibentuk oleh media massa. Contohnya adalah opini publik yang terbentuk di tengah-tengah warga Amerika Serikat dan Inggris mendorong masing-masing pemerintahan merumuskan kebijakan untuk menyerang Irak sebagai bentuk mempertahankan negara masing-masing dan melindungi warga dunia dari ancaman terorisme.
6. Diplomasi Media
Menurut Andrianti (2015), media merupakan salah satu dari sembilan aktor dalam diplomasi publik. Diplomasi yang dilakukan media biasanya berupa liputan berbagai peristiwa internasional. Diplomasi yang dilakukan oleh para aktor ini dengan sendirinya memberikan dampak adanya akomodasi informasi guna menjembatani mekanisme diplomasi government to government, people to government, people to people, nongovernment to nongovernment, atau people and nongovernment to government.
7. Menyampaikan Pesan-Pesan Diplomasi dan Politik
Media memiliki kemampuan untuk menyebarkan pesan-pesan diplomasi dan politik. Pesan-pesan diplomasi dan politik ini ditampilkan dalam bentuk berita yang sebelumnya telah dirumuskan oleh para jurnalis dengan cara meliput peristiwa, mengumpulkan dan menyeleksi fakta, merekonstruksi serta merepresentasikan realitas dengan cepat dan ringkas. Kemampuan ini menjadikan media sebagai salah satu alat propaganda yang sangat penting (Andrianti, 2015).
8. Membantu Masalah-Masalah Internasional
Salah satu penggunaan komunikasi dalam hubungan antarnegara adalah untuk membantu masalah-masalah internasional. Menurut Andrianti (2015), media berperan besar dalam membantu berbagai permasalahan internasional seperti membantu meredakan ketegangan internasional. Dalam artian, media melaksanakan dan kadang memprakarsai mediasi internasional dalam suatu acara yang seringkali pembedaannya menjadi kabur sebagai reporter atau sebagai seorang diplomat. Contohnya adalah Walter Cronkite dari CBS dan Barbara Walters dari ABC yang menjadi saluran komunikasi antara Presiden Mesir Anwar Sadat dengan Perdana Menteri Israel Menachem Begin.
9. Membentuk dan Mengubah Pola Pikir Masyarakat
Pengaruh media selanjutnya dalam kegiatan komunikasi internasional adalah turut serta membentuk dan mengubah pola pikir masyarakat. Misalnya, pemberitaan tentang gempa dan tsunami Aceh yang menimbulkan simpati dan dukungan dari masyarakat internasional. Akibat dari pemberitaan tersebut tidak sedikit jumlah negara ataupun individu yang memberikan bantuan baik bantuan berupa operasi penyelamatan korban maupun bantuan untuk membangun kembali Aceh dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan apa yang disajikan oleh media terkait gempa dan tsunami Aceh telah menggugah seluruh masyarakat dunia bahwa para korban selamat perlu dibantu dan diobati trauma psikologisnya, korban tewas perlu segera dievakuasi, korban hilang perlu dicari, dan Aceh yang porak poranda perlu segera dipulihkan.
10. Memfasilitasi Pertemuan bagi Para Pemimpin Politik
Menurut Andrianti (2015), terkadang media dapat memfasilitasi pertemuan antara para pemimpin politik. Misalnya, kesepakatan Anwar Sadat untuk berkunjung ke Yerusalem terjadi setelah wartawan NBC, Walter Cronkite, membawa kedua pemimpin Israel dan Mesir berhasil diwawancarai melalui televisi satelit.
11. Membentuk Citra Positif di Mata Dunia Internasional
Salah satu peranan komunikasi dalam menata hubungan internasional adalah pencitraan. Berbagai berita tentang kebijakan luar negeri suatu negara yang dipublikasikan melalui media hendaknya ditujukan untuk konsumsi luar negeri. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk citra positif suatu negara di mata dunia internasional. Tanggung jawab ini umumnya dipegang oleh media asing atau media dalam negeri yang berbahasa asing. Dengan demikian, peran bahasa sebagai alat komunikasi menjadi sangat penting agar beragam informasi tentang kebijakan suatu negara dapat dipahami oleh negara lain.
12. Mengkritisi Kebijakan Pemerintah suatu Negara
Menurut Andrianti (2015), dalam negara demokrasi, media berperan sebagai lembaga yang mengkritisi kebijakan pemerintah. Kritik yang diberikan oleh media kepada pemerintah dituangkan melalui berita yang didukung dengan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal-hal yang dianggap penting oleh media akan dijadikan sebagai agenda media untuk disampaikan kepada khalayak.
13. Menciptakan Perubahan Sosial dan Politik
Dalam hal ini, media berperan sebagai agen perubahan dengan caranya sendiri. Media mempublikasikan berita politik yang menjadi agenda politiknya. Media yang pro pada pemerintah akan memberitakan berita politik yang menguntungkan pemerintah yang berkuasa dan juga sebaliknya (Andrianti, 2015).
14. Mengubah Sikap Masyarakat
Menurut Andrianti (2015), perubahan sikap yang terjadi dalam suatu masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh adanya informasi baru yang dipandang relevan dengan tuntutan kondisional, kapan, dan di mana informasi baru itu diterima.
15. Membentuk Narasi dan Retorika Politik
Media, baik media massa maupun media sosial berperan besar dalam membentuk narasi dan retorika politik kepada khalayak. Misalnya, saat pemilihan presiden Amerika Serikat, Trump mengkampanyekan agar dibangun tembok raksasa di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko guna mengurangi jumlah imigran yang datang dari Meksiko. Wacana ini menyebabkan perang di dunia maya antara Trump dan mantan presiden Meksiko Vicente Fox.
Manfaat Mempelajari Pengaruh Media dalam Kegiatan Komunikasi Internasional
Mempelajari pengaruh media dalam kegiatan komunikasi internasional dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah :
- Kita mengetahui dan memahami pengertian komunikasi internasional.
- Kita mengetahui dan memahami kegiatan komunikasi internasional dari berbagai perspektif.
- Kita mengetahui dan memahami pengaruh media dalam kegiatan komunikasi internasional.
Demikianlah ulasan singkat tentang pengaruh media dalam kegiatan komunikasi internasional. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang komunikasi internasional dan pengaruh media dalam kegiatan komunikasi internasional.