Pembahasan kali ini akan mengluas mengenai perbedaan makna denotatif dan konotatif dalam komunikasi. Dua hal ini merupakan bagian dari sub ilmu komunikasi yang berada di tingkat semantik. Ilmu semantik merupakan ilmu yang menelisik arti atau makna. Dengan demikian, tidak heran jika kemudian makna konotatif dan denotatif masuk ke dalam cabang ilmu ini. Perbedaan utama yang bisa kita lihat dari kedua makna ini ada pada “nilai rasa” dari sebuah kata-kata.
Baca juga:
- Tingkatan makna dalam komunikasi
- Keterbatasan bahasa dalam komunikasi verba
- Gaya bahasa dalam komunikasi
Jika sebuah kata dianggap memiliki “nilai rasa” baik itu positif atau negatif, maka kata tersebut dianggap memiliki makna konotasi. Makna konotasi adalah makna yang tidak sebenarnya. Mudahnya, sebuah kata tidak mewakili arti sesungguhnya dari kata-kata tersebut. Sementara itu, jika sebuah kata tidak memiliki “nilai rasa”, maka kata tersebut termasuk memiliki makna denotasi. Makna denotasi merupakan makna sebenarnya yang memang diwakili dari kata tersebut (lugas). Supaya lebih jelas, berikut adalah beberapa macam pembanding yang bisa digunakan untuk membedakan kedua makna tersebut:
- Pertanda dan Penanda
Makna konotasi bisa disebut sebagai pertanda, sementara makna denotasi dianggap sebagai penanda. Sebagai contoh, jika kita melihat kata “meluap”. Dalam makna konotasi, itu bisa digunakan sebagai tanda ekspresi seseorang. Misalnya, orang itu mengungkapkan kemarahannya dengan meluap-luap. Sementara dalam makna denotasi, meluap bisa dijadikan bahwa tanda bahwa sesuatu memang sedang terjadi seperti yang diungkapkan. Seperti contoh, sungai di wilayah tersebut meluap karena curah hujan yang tinggi.
- Mitos dan Eksistensi
Makna konotasi juga sering berkaitan dengan mitos (sesuatu yang tidak nyata), sementara makna denotasi berhubungan dengan sesuatu yang nyata (eksis). Tentu saja kita bisa memperhatikan hal ini ketika kita sedang menunjukkan suatu kata sifat. (Baca juga: Komponen bahasa dalam konteks komunikasi)
- Kesimpulan dan Lugas
Sebuah kata bisa memberikan suatu penilaian atau kesimpulan walaupun mungkin sebenarnya sifatnya menyindir. Sebagai contoh kata “baik”. Seseorang bisa saja mengatakan, dia adalah orang yang sangat baik karena temannya kesusahan saja dia tidak mau untuk menolong. Kata baik menjadi sebuah penyimpul tetapi dalam bentuk sindiran. Beda halnya dengan makna denotasi yang menggunakan kata baik sesuai dengan makna sesungguhnya. (Baca juga: Semiotika komunikasi)
- Membuat Kesan dan Penjabaran
Seperti sudah dibahas sebelumnya, “nilai rasa” bisa memberikan suatu kesan pada makna denotatif dan konotatif dalam komunikasi. Dalam makna konotasi, sebuah kata bisa saja memberikan sebuah kesan bagi seseorang karena penggunaan kata-katanya. Sementara makna denotasi lebih digunakan untuk menjabarkan sesuatu supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
- Penggunaan Subjek dan Literasi
Kata dengan makna konotasi biasanya juga lebih sering dilekatkan dengan subjek daripada makna denotasi. Sebagai contoh, Pak Rudi menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat berapi-api. Kata api dalam kalimat tersebut memiliki makna konotasi. Beda halnya dengan kalimat, kobaran api di pasar semakin membesar dan tidak berhasil dipadamkan. Kata api memiliki makna denotasi dan tidak dilekatkan dengan subjek. (Baca juga: Makna penting komunikasi dalam interaksi sosial)
- Kiasan dan Kejelasan
Terakhir, ini tentu yang menjadi pembeda paling jelas dari semuanya. Makna konotasi memiliki pengertian yang kias. Sementara itu makna denotasi lebih pada penjelasan mengenai apa yang sebenarnya dari kata-kata tersebut.
Demikian sekilas pembahasan mengenai perbandingan antara makna kata. Semoga kita bisa lebih memahami mengenai makna denotatif dan konotatif dalam komunikasi.