Jika kita membahas mengenai kerumitan makna kata dalam komunikasi verbal, mungkin kita akan langsung berpikir mengenai istilah denotasi dan konotasi yang tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam ilmu komunikasi terutama ketika membahas mengenai tata bahasa, ada beberapa macam istilah yang akan kita kenal yaitu fonologi, semantik dan sintaksis. Kita akan membahas lebih rinci mengenai unsur tata bahasa semantik, yaitu unsur mengenai makna dari kata-kata.
Baca juga:
Kata-kata yang sama, bisa saja memiliki makna yang berbeda tergantung dari konteks penggunaannya. Tidak hanya itu saja, ada banyak hal yang mempengaruhi perubahan makna dari kata-kata tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah kerumitan makna kata. Berikut adalah beberapa macam hal atau faktor yang mempengaruhinya. Kita bisa melihat bagaimana hal-hal tersebut sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari:
- Pengaruh Bahasa Daerah
Kerumitan makna kata bisa diakibatkan oleh adanya pengaruh dari penggunaan bahasa daerah. Kita bisa ambil contoh seperti misalnya kata “atos”. Dalam bahasa Jawa, atos memiliki makna sebagai “keras”. Sementara dalam bahasa Sunda, atos memiliki makna sebagai sudah. Tak heran jika orang Sunda yang mendengar orang Jawa menggunakan kata atos, seperti kurang tepat. Ini menjadikan seseorang harus menghindari penggunaan bahasa daerah ketika bertemu orang yang berbeda daerah. (Baca juga: Perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal)
- Penggunaan Bahasa Gaul
Kata dengan makna slang biasa diistilahkan sebagai bahasa gaul. Terkadang ada satu kata-kata yang sebenarnya biasa saja tetapi digunakan menjadi bahasa slang. Contohnya adalah kata “receh”. Jauh sebelum sekarang, receh merujuk pada uang koin. Kini, banyak yang menggunakan istilah receh untuk menggambarkan sesuatu yang remeh. Misalnya, ada candaan yang sepele tapi sungguh menggelikan.
- Jumlah Kata Terbatas
Dalam menggambarkan sesuatu, seseorang juga mungkin akan mengalami kesulitan terutama dalam memberikan penjelasan yang tepat. Ini diakibatkan karena jumlah kata yang terbatas. Rentang yang digunakan mungkin hanya ada dua atau tiga kata saja. Seperti misalnya kaya dan miskin. Untuk menggambarkan tengah-tengah antara kaya dan miskin, seringkali orang kesulitan menggunakan kata yang paling tepat. (Baca juga: Keterbatasan bahasa dalam komunikasi verbal)
- Fakta, Tafsiran dan Penilaian Pribadi
Mencampurkan fakta, tafsiran dan penilaian pribadi bisa menjadi kerumitan makna kata dalam komunikasi verbal. Kadang-kadang seseorang ketika sudah menerima sebuah informasi, kemudian ia akan melanjutkan informasi tersebut ia tidak menggunakan kata yang sama. Ia menggunakan kata yang dianggap sama saja, padahal bagi orang lain bisa saja itu memiliki arti yang lain. Informasi akan terus disebar hingga kadang kebenarannya menjadi tidak utuh lagi.
- Kata yang Ambigu
Ambiguitas mungkin juga sudah sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kata yang ambigu memiliki pengertian sebagai penggunaan kata yang tidak jelas maknanya. Seseorang mungkin akan cenderung menggunakan kata yang dianggapnya ringkas, akan tetapi menjadi sulit untuk dimengerti bagi orang lain. Penggunaan kata yang kurang tepat semacam ini bisa memicu terjadinya kesalahpahaman. (Baca juga: Fungsi komunikasi verbal)
- Latar Belakang Budaya
Hampir mirip dengan faktor penggunaan bahasa daerah, latar belakang budaya juga menjadi faktor dari adanya kerumitan makna kata. Sebagai contoh, seseorang mungkin terbiasa menggunakan kata “awak” untuk merujuk pada “saya”. Sementara bagi orang lain, “awak” bisa saja memiliki makna sebagai “badan”. Kebingungan bisa saja muncul jika kita tidak memahami latar belakang budaya orang lain.
Itulah tadi beberapa macam faktor yang bisa membuat seseorang kesulitan dalam menginterpretasikan sesuatu. Masih ada banyak kerumitan makna kata dalam komunikasi verbal yang bisa saja muncul tetapi setidaknya ini bisa menjadi gambaran umum.