Teori Hegemoni dalam Komunikasi Massa

Media massa merupakan salah satu alat komunikasi yang berpengaruh di dalam kehidupan sehari-hari. Media massa yang sering dijumpai adalah televisi. Televisi menjadi alat konsumsi oleh khalayak dimana segala informasi dalam media sepertinya telah “mendarah daging” dalam kehidupan khalayak. Adanya tayangan sinetron tentang kisah cinta, gaya berpakaian di sekolah, geng motor, dan lainnya seringkali menjadi sorotan banyak remaja bahkan anak kecil.

Dampak yang ditimbulkan mulai terjadi akibat tayangan tersebut disaksikan secara continue, sehingga banyak anak kecil dan remaja yang menerapkan cerita dalam sinetron tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Media juga dapat menjadi nilai plus untuk remaja yang mengikuti trend mode seperti program tv yang menayangkan cara berpakaian  di tahun 2017. Selain itu, media memiliki dampak positif untuk promosi seperti acara kuliner, jelajah daerah Indonesia maupun luar negeri, dan lainnya.

Media massa menjadi alat untuk melancarkan komunikasi politik. Karena media merupakan sebuah institusi yang didirikan oleh penguasa. Penguasa atau konglomerat dalam sebuah media massa pasti ikut dalam organisasi atau partai politik. Misalnya banyak media yang menayangkan iklan-iklan berbentuk kebaikan seperti anggota partai politik yang mencalonkan diri sebagai presiden ikut berpartisipasi memberikan layanan yang baik kepada rakyat ekonomi rendah.

Memainkan waktu penayangan iklan atau mars partai politik secara berulang dengan frekuensi yang lebih sering. Kebanyakan penguasa dibalik media massa memberikan pencitraan yang baik, sehingga khalayak akan berpikir bahwa penguasa tersebut layak menjadi pemimpin. Contoh lainnya adalah pembredelan media massa pada masa orde baru yang dilakukan oleh penguasa negara karena ada pemberitaan yang berhubungan dengan pencitraan yang kurang baik tentang penguasa, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut merupakan beberapa contoh dari sekian banyak kasus lainnya yang berhubungan dengan hegemoni.

Baca juga:

Apa arti hegemoni?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hegemoni adalah pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dan sebagainya dalam suatu negara atas negara lain (atau negara bagian). Konsep hegemoni berfungsi untuk menyaksikan atau menampilkan usaha dalam mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Hegemoni sering disebut sebagai dominasi oleh satu kelompok kepada kelompok lain tanpa adanya suatu paksaan, sehingga dapat diterima dengan baik. (Baca juga: Hegemoni Komunikasi Massa)

Teori hegemoni digagas oleh seorang filsuf, penulis, dan teoritikus politik Italia yaitu Antonio Gramsci. Menurut Gramsci, teori hegemoni adalah suatu kekuasaan atau dominasi nilai-nilai kehidupan, prinsip-prinsip religius dan politik, hubungan-hubungan sosial, makna intelektual, moral, dan kebudayaan kelompok yang dilakukan oleh penguasa kepada khalayak.

Dengan kata lain, tindakan ini merupakan proses doktrin secara halus yang dilakukan kelompok (penguasa) kepada kelompok lain (khalayak), sehingga kelompok lain tidak merasa tertindas melainkan hal yang dilakukannya oleh khalayak dianggap baik untuk kelompoknya dan dapat diterima secara wajar (common sense). Hegemoni mempunyai kekuatan dalam wacana yang disampaikan melalui penataan bahasa atau tata bahasa produksi (grammar of production) yang lebih intelektual, sehingga khalayak yang tidak setuju akan merasa pandangannya sebagai pandangan yang salah atau menyimpang.

Hegemoni dalam Komunikasi

Teori hegemoni dalam komunikasi massa berkaitan dengan media massa sebagai sarana yang digunakan oleh penguasa untuk menaklukkan secara halus suatu kelompok (khalayak) dengan melancarkan sejumlah falsafah, kebudayaan, moralitas mereka sendiri. Media massa bukan merupakan institusi yang bersifat netral karena setiap media memiliki kepentingan tersendiri untuk menciptakan hegemoni dalam sebuah informasi. Tujuan utama teori hegemoni dalam komunikasi massa adalah untuk menyetarakan pandangan khalayak menjadi pandangan yang sepaham dengan media tersebut.

Gramsci menekankan bahwa teori hegemoni dalam komunikasi massa menimbulkan pertarungan untuk merebut penerimaan publik terhadap pandangan suatu media. Strategi dalam menjalankan teori ini adalah nalar awam khalayak. Khalayak yang awam adalah khalayak yang tingkat pengetahuannya rendah terutama dalam bidang politik, sehingga khalayak awam dapat menerima semua informasi dari media ke dalam pikirannya. Pemikiran yang dipengaruhi media berkaitan ideologi, kesadaran, dan hegemoni kemudian membentuk pola hubungan antara media dan massa.

Baca juga:

Menurut Gramsci, faktor utama yang mempengaruhi teori hegemoni dalam komunikasi massa adalah faktor ideologi dan politik karena keduanya dapat menciptakan, mempengaruhi, mengendalikan, membentuk pola pikir masyarakat. Faktor lainnya adalah mempengaruhi dalam bentuk kekerasan seperti paksaan yang diberikan penguasa kepada khalayak, sanksi atau hukuman yang diberlakukan menakutkan, kebiasaan khalayak dalam mengikuti informasi atau hal yang baru, kesadaran dan persetujuan dengan unsur-unsur dalam masyarakat.

Gramsci berpendapat bahwa ada dua kategori intelektual dalam hegemoni, yaitu intelektual organik dan intelektual tradisional. Intelektual organik adalah tokoh moral dan intelektual yang secara dominan menentukan arah konflik, politik, dan wacana yang berkembang di masyarakat  dengan menggunakan bahasa sebagai landasannya. Sedangkan, intelektual tradisional adalah seorang yang terlahir dari bagian kelas menengah atas. Misalnya seorang yang dididik dan dibesarkan dari keluarga penguasa.