Retorika bisa dikatakan sebagai ilmu berbicara karena merupakan sebuah seni dalam berbicara secara langsung kepada massa secara efektif dan efisien sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh pendengar dan tujuan pembicaraan dapat dicapai.
Umumya tujuan dalam retorika adalah untuk mempengaruhi pendengar sehingga setuju atau cenderung terhadap hal-hal yang disampaikan. Ilmu retorika penting sekali dimiliki terutama oleh para pembicara sehingga audiens betah mendengarkan seluruh pembicaraannya dan terpengaruh dengan apa yang disampaikan.
Ilmu retorika sendiri bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang sudah sangat tua karena sudah mulai digunakan bahkan pada zaman primitif. Contohnya saja manusia primitif akan mengeluarkan geraman atau desisan saat merasa tidak nyaman atau merasa terganggu dengan lawan bicaranya.
Hal ini merupakan cikal-bakal dari ilmu retorika. Kemudian ada orang-orang Mesopotamia, Mesir kuno, dan Assyria yang menggunakan kemampuan retorika untuk berpidato pada saat menjalankan ritual keagamaan seperti peringatan hari-hari besar dan upacara pengorbanan.
Baca juga:
Sejarah komunikasi retorika mulai dipelajari sebagai disiplin ilmu pada zaman Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi. Pada saat itu ilmu politik terutama kemampuan untuk berbicara atau berpidato mulai diajarkan dan disebarkan oleh kaum sophis Yunani.
Mereka bepergian ke berbagai daerah untuk mengajarkan hal ini. Kemampuan beretorika dianggap penting karena memiliki banyak fungsi diantaranya untuk mendapatkan kekuasaan, mempengaruhi orang lain, serta mendapatkan kebenaran atau kemenangan.
Sebuah ilmu pengetahuan tentu didukung oleh para tokoh yang mendalami dan menyumbangkan pemikiran-pemikirannya. Pada masa itu ada banyak tokoh-tokoh yang mengembangkan dan menyumbangkan pengetahuan pada ilmu retorika diantaranya ada Georgias, Protagoras, Sokrates, Isokrates, Plato, Aristoteles, Plutarch, Corax, Empedocles, dan Tacitus.
Baca juga: model komunikasi aristoteles
Sejarah komunikasi retorika juga berkembang pada zaman Romawi namun tidak sepesat perkembangan pada masa Yunani. Salah satu karya mengenai ilmu retorika yang dihasilkan pada masa ini diantaranya Ad Herrenium yang juga belum bisa dikatakan sebagai karya fenomenal.
Buku ini hanya berisi paparan mengenai warisan retorika gaya Yunani dari aspek praktis saja. Meskipun demikian justru pada saman inilah banyak lahir para orator ulung yang sangat dipuji karena kemampuan retorikanya seperti Antonius, Rufus, Cicero, Crassus, dan Hortensius. Kestagnanan perkembangan ilmu retorika di Romawi baru dipecahkan setelah sebuah sekolah retorika didirikan oleh Quintillianus.
Namun sayangnya sejarah komunikasi retorika di Eropa justru harus terhambat pada masa abad pertengahan akibat doktrin-doktrin gereja. Sementara itu ilmu retorika dan cabang ilmu lainnya justru berkembang di Asia Barat dan Afrika Utara.
Seperti pada zaman Daulat Islamiah dan Daulat Abbasiyah dimana berbagai bidang ilmu termasuk ilmu retorika dihidupan kembali. Lahirlah banyak ahli-ahli bahasa terkenal seperti Khalaf Al Ahmar, Al Khalil Bin Ahmad Al Farahidi, Akhfasy Al Awsath, Al Kisai, Al Ashmai, dan lain sebagainya.
Kemudian perkembangan ilmu retorika memasuki zaman modern yaitu pada abad 19 dan 20 dimana ilmu retorika terpecah-pecah ke dalam beberapa aliran dengan tokoh-tokoh tertentu yang mengusungnya.
Diantaranya ada aliran epistemologis, aliran belles lettres atau belletris, serta gerakan elokusionis. Beberapa tokoh ilmu retorika yang cukup terkenal pada abad 20 diantaranya James A. Winans, William Noorwood Brigance, Dr. Charles Hurst, Charles Henry Woolbert, dan Alan H. Moonroe.
Dapat kita lihat bahwa ilmu retorika mengalami perkembangan sejarah yang panjang mulai dari zaman primitif hingga kini di zaman modern. Hal ini tidak terlepas dari pentingnya ilmu retorika dan bagaimana retorika berhubungan erat dengan kemampuan dasar manusia dalam berkomunikasi.
Baca juga: sejarah perkembangan ilmu komunikasi