Tata artistik terbaik merupakan salah satu kategori dalam ajang penghargaan film nasional maupun internasional. Di ajang Piala Oscar, beberapa film seperti Titanic (1997), The Lord of the Rings : The Return of the King (2003), Avatar (2009), La La Land (2016), dan Black Panther (2018) merupakan peraih Academy Award for Best Production Design yakni penghargaan tata artistik film terbaik.
Di Indonesia sendiri, film yang meraih penghargaan tata artistik terbaik di antaranya adalah Soekarno : Indonesia Merdeka (2014), Guru Bangsa : Tjokroaminoto (2015), Athirah (2016), Pengabdi Setan (2017), dan Marlina : Si Pembunuh dalam Empat Babak (2018).
Apakah yang dimaksud dengan tata artistik dalam film?
Tata artistik merupakan sebuah konsep yang luas, yang meliputi beberapa elemen visual produksi film seperti perancangan dan konstruksi set, lokasi, dekorasi, properti, riasan wajah, dan kostum. Sebagai bagian dari praproduksi film, tata artistik berperan penting dalam memberikan semacam rupa atau wajah dari film itu sendiri.
Rupa atau wajah film tidak hanya berkaitan dengan penciptaan gaya saja melainkan juga peluang untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang bagaimana seluruh elemen dapat digunakan untuk memperkuat citra visual sebuah film serta kisah yang disajikan. Karena itu, tata artistik memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Membentuk konteks cerita
Fungsi tata artistik dalam film yang pertama adalah membentuk konteks cerita. Hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa elemen visual seperti perancangan dan konstruksi set, lokasi, dekorasi, properti, riasan wajah, dan kostum sehingga apa yang disajikan di layar merupakan sebuah satu kesatuan cerita yang utuh. (Baca juga : Tugas Produser Film)
2. Menampilkan karakter tokoh
Fungsi tata artistik dalam film selanjutnya adalah untuk menampilkan karakter tokoh dalam film. Hal ini biasanya terkait dengan tata rias artis serta kostum yang digunakan. Salah satu fungsi tata rias adalah menampilkan karakter tokoh terkait dengan usia, ras, bentuk wajah, dan tubuh agar sesuai dengan naskah. Selain melalui tata rias, tampilan karakter tokoh dapat film juga dapat diperkuat melalui kostum yang dikenakan sesuai dengan naskah. (Baca juga : Tugas Kru Dalam Film)
3. Menambah efek dramatis
Tata artistik dalam film juga berfungsi untuk menambah efek dramatis. Hal ini berkaitan dengan riasan wajah, kostum, serta properti yang digunakan. Misalnya, seorang tokoh yang digambarkan tertembak di bagian dada akan dirias demikian sesuai dengan kebutuhan seperti baju yang tertembus peluru, darah yang digambarkan keluar dari tubuh, dan lain sebagainya. Efek dramatis film juga dapat ditambah dengan musik latar yang digunakan. (Baca juga : Fungsi Backsound Dalam Pembuatan Film)
4. Menyampaikan cerita secara visual
Fungsi tata artistik dalam film berikutnya adalah menyampaikan cerita secara visual. Hal ini biasanya berkaitan dengan perangcangan dekorasi yang digunakan dalam film sesuai dengan naskah. Yang termasuk dekorasi di sini meliputi berbagai macam properti (properti utama maupun pendukung) furnitur, dan asesoris yang digunakan di lokasi syuting.
Berbagai item dekorasi yang digunakan dalam film umumnya merujuk pada latar belakang waktu dari naskah cerita apakah masa lalu, masa kini, atau masa depan. Masing-masing memerlukan riset mendalam agar film nantinya dapat menyampaikan cerita secara visual. (Baca juga : Peran Penulis Naskah dalam Sebuah Film)
5. Membentuk suasana dan atmosfer film
Tata artistik dalam film juga berfungsi untuk membentuk suasana dan atmosfer film kepada khalayak. Hal ini biasanya berkaitan dengan warna dan tekstur yang digunakan. Baik warna dan tekstur dapat mencerminkan karakter sang tokoh. Warna dapat mencerminkan latar belakang sosial dan budaya dari karakter sang tokoh.
Di samping itu, warna juga dapat digunakan untuk menekankan tema atau suasana dari cerita film. Selain warna, tekstur juga dapat membentuk suasana dan atmosfer film. Misalnya, sebuah kamar yang dipenuhi dengan berbagai objek yang lembut dan terang seperti cermin merefleksikan kepribadian yang terbuka dan ceria. (Baca juga : Komposisi dalam Sinematografi)
6. Menciptakan perasaan tertentu
Fungsi tata artistik dalam film selanjutnya adalah menciptakan perasaan tertentu. Hal ini berkaitan dengan berbagai elemen arsitektur seperti bentuk, volume, skala, dan kedalaman yang digunakan. Misalnya, skala dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan tertentu tentang sebuah ruang seperti ruang istana yang luas menunjukkan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang raja. (Baca juga : Fungsi Stuntman Dalam Film)
7. Memfasilitasi pergerakan kamera dan pencahayaan
Setiap set atau lokasi syuting harus dapat mengakomodasi perubahan pandangan tiga dimensi kamera dengan cara menggerakkan kamera atau merubah framing. Karena itu, seorang perancang produksi yang baik akan mempertimbangkan bagaimana penampakan set atau lokasi syuting dari berbagai macam sudut pandang dan jarak serta dalam kondisi pencahayaan yang berbeda sebagaimana yang diinginkan dalam naskah. (Baca juga : Sejarah Perfilman Indonesia)
8. Menciptakan set lokasi syuting
Fungsi ini berkaitan dengan storyboard. Kerapkali lokasi syuting yang ada kurang mendukung naskah cerita. Karenanya kru film membangun set lokasi syuting agar sesuai dengan kebutuhan naskah dan storyboard yang telah dibuat.
Biasanya perancang produksi akan merujuk pada storyboard untuk menggunakan sketsa yang sangat detil ketika menciptakan set lokasi syuting. Sketsa ini kemudian diubah ke dalam bentuk cetak biru dan diberikan ke pihak konstruksi untuk ditindaklanjuti. (Baca juga : Fungsi Storyboard Dalam Pembuatan Film)
Demikianlah ulasan singkat tentang fungsi artistik dalam film. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang tata artistik dan fungsinya dalam film.