Menurut Siagian (1995), budaya organisasi merupakan kesepakatan atau komitmen bersama tentang nilia-nilai bersama dalam kehidupan organisasi dan mengikat semua orang dalam organisasi yang bersangkutan. Budaya organisasi dipengaruhi oleh penggagas atau pimpinan puncak organisasi, pekerja maupun budaya masyarakat sekitar. Adapun peran budaya organisasi adalah menciptakan identitas organisasi, menciptakan perbedaan dengan organisasi lain, dan memudahkan terciptanya komitmen yang luas terhadap kepentingan bersama (Fadhilah, tanpa tahun).
Adapun fungsi budaya organisasi adalah untuk membentuk sikap dan perilaku pekerja agar mereka dapat bekerja dengan lebih baik. Karena itu, budaya organisasi perlu untuk dikenalkan, dimengerti, dan dipahami oleh pekerja sehingga dapat dijadikan pedoman bagi pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kepuasan dalam bekerja. Pengenalan budaya organisasi kepada publik internal kerap disebut dengan internalisasi budaya organisasi.
Internalisasi budaya organisasi adalah proses menciptakan, memelihara, dan mengubah elemen-elemen budaya organisasi pada individu. Menurut salah satu teori integratif dalam komunikasi organisasi yakni teori elemen budaya, elemen-elemen budaya organisasi memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatur perilaku pekerja dan membantu pekerja agar dapat mengerjakan tugasnya dengan lebih baik.
Proses internalisasi budaya organisasi umumnya dilaksanakan oleh bagian SDM dan Humas. Adapun peran public relations dalam perusahaan atau peran Humas dalam organisasi terutama dalam proses internalisasi budaya organisasi adalah mengorganisir dan mengintegrasikan berbagai kegiatan komunikasi. Dalam arti, Humas bersama-sama dengan divisi lain dalam organisasi bertugas mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai budaya organisasi kepada pekerja atau publik internal lainnya. Sosialisasi budaya organisasi dikupas lebih lanjut dalam beberapa teori komunikasi dalam budaya organisasi antara lain teori sosialisasi dan teori asimilasi organisasi.
Dengan demikian, peran Humas dalam proses internalisasi budaya organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ristino (2009) adalah sebagai berikut.
1. Komunikator
Peran Humas dalam proses internalisasi budaya organisasi adalah sebagai komunikator. Sebagai komunikator, Humas bertugas untuk menyampaikan informasi tentang nilai-nilai yang dianut organisasi dan berbagai artefak budaya organisasi lainnya kepada publik internal organisasi. Penyampaian informasi ini dapat dilakukan secara tatap muka atau melalui macam-macam media komunikasi organisasi dan kegiatan komunikasi internal lainnya. Peran Humas sebagai komunikator ini sekaligus menunjukkan pentingnya komunikasi dalam Hubungan Masyarakat, serta besarnya peran komunikasi dalam organisasi atau fungsi komunikasi dalam organisasi.
2. Agen budaya organisasi
Dalam proses internalisasi budaya organisasi, Humas berperan sebagai agen budaya organisasi yaitu menciptakan, memengaruhi, dan mentransmisikan budaya organsasi kepada publik. Konsep Humas sebagai agen budaya organisasi sejatinya pertama kali dikemukakan oleh Vygotsky (1929) melalui teori pembelajaran sejarah budaya. Konsep ini kemudian diadaptasi ke dalam organisasi atau dunia kerja.
Dalam sebuah organisasi, yang menjadi agen budaya antara lain pekerja, penyelia, manajer, bagian sumber daya manusia, dan Humas. Di antara kelimanya, Humas merupakan agen budaya yang paling penting dan sangat berpengaruh dalam sebuah organisasi. Hal ini dikarenakan peran Humas yang sangat besar sebagai manajer komunikasi organisasi yang bertugas mengorganisasikan dan mengintegrasikan berbagai kegiatan komunikasi dalam organisasi.
Sebagai agen budaya organisasi, Humas bertanggung jawab dalam mentransmisikan budaya organisasi kepada publik khususnya publik internal guna mencapai keberhasilan dalam dunia kerja. Proses transmisi budaya ini dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak. Transmisi budaya dapat dilakukan secara langsung melalui kisah atau cerita yang mengacu pada filosofi organisasi, visi, misi, sejarah, dan tradisi organisasi. Selain itu, transmisi budaya juga dapat dilakukan melalui publikasi organisasi seperti laporan tahunan, majalah organisasi atau newsletter pekerja, seremoni, dan kegiatan internal lainnya.
3. Artefak budaya organisasi
Menurut Schein (1992), artefak adalah salah satu jenis perilaku komunikatif yang ditemui dalam sebuah organisasi. Artefak diartikan sebagai simbol-simbol yang digunakan oleh sebuah organisasi sebagai representasi budaya organisasi. Artefak sangat mudah diamati namun sangat sulit untuk ditafsirkan. Artefak budaya organisasi yang teramati tersebut seolah “mengatakan sesuatu” tentang nilai-nilai budaya yang dianut sebuah organisasi beserta prakteknya.
Peran Humas dalam proses internalisasi budaya organisasi berikutnya adalah untuk menciptakan beberapa artefak atau sub artefak antara lain merilis berita organisasi dalam bentuk tercetak maupun elektronik bagi publik internal, mengadakan kegiatan internal organisasi, seremoni, interaksi formal maupun informal antara atasan dan bawahan, menyebarluaskan kisah atau cerita organisasi, menunjukkan perilaku sehari-hari seperti proses bekerja, menerapkan pola komunikasi yang sesuai, menonjolkan karakteristik nonverbal yang unik, teknologi yang digunakan, arsitektur kantor, pencahayaan kantor, seni bekerja, pakaian yang dipakai, penampilan personal, papan nama yang digunakan, buku pegangan kebijakan, atau laman.
4. Artefak kognitif
Agar artefak budaya organisasi dapat dipahami, artefak budaya organisasi harus dilihat dan dipahami dalam konteks tertentu. Dalam arti, artefak dapat membantu kita memahami bagaimana artefak budaya organisasi digunakan untuk mengekspresikan dan mengimplementasikan budaya serta menyesuaikan perubahan budaya. Sebagai artefak kognitif, Humas hanya dapat dipahami dalam konteks sejarah, dalam arti dengan melihat perkembangan profesi Humas dari masa ke masa.
5. Mediator budaya
Peran Humas dalam proses internalisasi budaya organisasi selajutnya adalah sebagai mediator budaya. Peran ini berkaitan dengan peran Humas sebagai agen budaya organisasi yaitu menciptakan, memengaruhi, dan mentransmisikan budaya organsasi kepada publik, baik internal maupun eksternal. Sebagai mediator budaya dalam proses internalisasi budaya organisasi, Humas menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang menjembatani berbagai anggota kelompok yang ada dalam organisasi. Tujuannya adalah menumbuhkembangkan sense of belonging setiap anggota organisasi terhadap organisasi, meneguhkan komitmen, serta berbagi budaya yang sama.
Demikianlah ulasan singkat tentang peran Humas dalam proses internalisasi budaya organisasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang budaya organisasi dan peran Humas dalam internalisasi budaya organisasi.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…