Didalam proses interaksi sosial terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah adanya faktor imitasi. Imitasi sendiri merupakan salah satu proses interaksi sosial dimana terdapat tindakan meniru, baik secara sikap, penampilan, gaya, cara bicara, dan lain sebagainya dari seseorang yang dikaguminya.
Imitasi menjadi salah satu faktor interaksi sosial yang paling sering terjadi dibanding dengan faktor interaksi sosial yang lainnya didalam jenis-jenis interaksi sosial.
Melakukan proses meniru atau imitasi sebenarnya memiliki dua sifat, yaitu imitasi yang bersifat positif dan imitasi yang bersifat negatif. Suatu imitasi dikatakan bersifat positif karena memiliki pengaruh atau dampak yang baik bagi yang melakukan imitasi maupun yang ditiru, dan sebaliknya imitasi yang bersifat negatif berarti memiliki dampak yang buruk atau tidak baik baik. Lalu apa saja contoh imitasi dalam interaksi sosial? berikut beberapa diantaranya, termasuk imitasi positif dan imitasi negatif.
- Keluarga
Contoh yang pertama dapat diambil dari lingkungan keluarga, seperti keadaan dimana anak akan meniru kebiasaan orang tua atau anggota keluarga lainnya yang selalu berperilaku dan berbicara secara sopan.
Secara sadar maupun tidak sadar, anak-anak akan meniru kebiasaan apa saja yang terjadi didalam rumah termasuk berperilaku dan berbicara secara sopan, yang akan dilakukannya pula di luar lingkungan keluarga karena suatu kebiasaan dan keyakinan bahwa mereka ingin menjadi sopan seperti orang tua maupun anggota keluarga mereka yang lainnya. Contoh ini juga merupakan bukti salah satu manfaat komunikasi dalam keluarga.
- Sekolah
Proses imitasi juga banyak terjadi di lingkungan sekolah, dimana biasanya siswa akan meniru siswa lainnya seperti menjadi rajin belajar dan gemar membaca buku demi mendapatkan prestasi yang sama memuaskan di sekolah.
Perilaku dan cara bicara seorang guru juga bisa menjadi patokan dan ditiru oleh siswa-siswa di sekolah, terutama bagi mereka yang kemudian ingin menjadi seorang guru maka mereka akan melakukan proses imitasi terhadap guru yang dikaguminya di sekolah.
- Lingkungan Tempat Tinggal
Anak-anak yang hidup dilingkungan tempat tinggal dimana banyak orang merokok juga memberikan kemungkinan yang lebih tinggi bagi mereka untuk meniru dan menjadi seorang perokok aktif pula.
Hal ini juga disebabkan karena apa yang mereka lihat menjadi apa yang mereka yakini benar atau boleh untuk dilakukan, sehingga mereka hanya meniru apa yang biasa terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka sehari-hari.
- Lingkungan Pertemanan
Lingkungan pertemanan juga menjadi lingkungan yang sering menimbulkan proses imitasi. Sebagai contoh seperti anak-anak yang memiliki lingkungan pertemanan yang terdiri dari anak-anak nakal maupun suka pulang malam juga akan mempengaruhi semua yang ada di lingkungan pertemanan tersebut,sehingga anak yang tadinya suka berdiam dirumah dapat terpengaruh dan meniru kebiasaan teman-temannya.
Kemungkinan saling meniru didalam lingkungan pertemanan memang tinggi, karena biasanya anak akan lebih dekat dan menghabiskan waktu lebih banyak dalam lingkungan pertemanan, sehingga lebih mudah untuk terpengaruhi.
- Media
Tidak hanya dari lingkungan sekitar saja, tetapi proses imitasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari perkembangan media yang semakin maju.
Salah satu contoh imitasi dalam interaksi sosial adanya pengaruh media televisi dalam perkembangan anak, melalui media televisi banyak adegan-adegan didalam sinetron yang ditayangkan tetapi sebenarnya tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak, namun justru di tiru oleh anak-anak.
Walaupun terdapat batasan umur yang tercantum didalamnya, tetapi tetap tidak mudah untuk mengatur apa yang anak tonton di media, termasuk pula media online.