Jika kita perhatikan, sejatinya kita kerap berbicara atau berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Misalnya, kita merenung apa yang telah kita lakukan, berpikir tentang cita-cita di masa depan, berbicara pada diri sendiri untuk kesembuhan, menafsirkan kejadian atau peristiwa, menafsirkan pesan yang disampaikan oleh orang lain, dan lain sebagainya.
Semua dilakukan oleh diri sendiri dan untuk diri sendiri. Komunikasi yang terjadi dalam diri manusia atau beberapa contoh kasus dalam komunikasi intrapersonal ini disebut dengan komunikasi intrapersonal.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri dengan menggunakan vokalisasi internal dan berpikir reflektif.
Sebagaimana konteks komunikasi lainnya, komunikasi intrapersonal dipicu oleh beberapa stimulus internal maupun eksternal. Misalnya, kita berkomunikasi dengan diri kita sendiri tentang apa yang ingin kita makan saat makan siang atau makan malam. Keinginan untuk makan ini timbul karena dipicu oleh stimulus internal yaitu rasa lapar. Dengan demikian, komunikasi intrapersonal hanya terjadi di dalam kepala kita saja.
Hal ini berbeda dengan konteks komunikasi lainnya seperti misalnya komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi yang membutuhkan kehadiran orang lain agar proses komunikasi interpersonal atau proses komunikasi antarpribadi dapat terjadi.
Dikarenakan komunikasi dengan diri sendiri atau komunikasi intrapersonal berlangsung dalam diri manusia, maka proses komunikasi dalam diri manusia mengacu pada proses komunikasi intrapersonal. Dalam psikologi komunikasi, komunikasi intrapersonal atau proses pengolahan informasi berlangsung melalui beberapa tahapan yaitu sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.
Salah satu teori komunikasi intrapersonal yakni teori pengolahan informasi menyebutkan bahwa tahap awal proses pengolahan informasi adalah sensasi.
Sensasi berasal dari kata “sense” yang berarti alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungan sekitarnya. Pengertian sensasi menurut Benyamin B. Wolman (1973) adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera. Singkatnya, sensasi adalah proses di mana informasi yang berasal dari luar atau lingkungan sekitar memasuki otak manusia.
Salah satu contoh sensasi dalam sistem komunikasi intrapersonal adalah proses melihat. Sensasi terjadi ketika reseptor khusus dalam alat indera seperti mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah aktif sehingga memungkinkan beragam bentuk stimuli eksternal diubah menjadi sinyal neural di dalam otak.
Hal ini ditegaskan oleh Dennis Coon (1977) yang menyatakan bahwa proses sensasi dapat terjadi apabila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan bahasa yang dapat dipahami oleh otak (Rakhmat, 2001 : 49).
Segala bentuk informasi yang diterima oleh alat indera sejatinya tidak hanya berasal dari luar atau lingkungan sekitar melainkan juga berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.
Apapun yang menyentuh alat indera baik eksternal maupun internal dinamakan dengan stimuli. Alat penerima atau sensory receptors kemudian mengubah stimuli ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi.
Agar stimuli ini dapat diterima oleh alat penerima, maka stimuli haruslah cukup kuat. Adapun batas minimal intensitas stimuli disebut dengan ambang mutlak atau absolute threshold.
Misalnya, mata hanya dapat menangkap stimuli yang mempunyai panjang gelombang cahaya antara 380 sampai 780 nanometer. Selain faktor situasional, ketajaman sensasi juga ditentukan oleh faktor internal yang disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya. (Rakhmat, 2001 : 49-50).
Tahap kedua adalah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Sebagian besar komunikasi dalam diri manusia didasarkan pada persepsi.
Persepsi yang diberikan oleh masing-masing individu bersifat personal. Dalam artian, masing-masing individu akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap sesuatu tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan berbagai faktor lainnya.
McGraw-Hill Education (2000) menyatakan bahwa proses persepsi berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu persepsi inderawi, persepsi selektif, dan persepsi personal.
Persepsi inderawi adalah proses fisik pengambilan informasi melalui alat indera seperti melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan menyentuh sesuatu.
Proses inderawi memungkinkan kita untuk mengambil, mempelajari, serta menanggapi informasi yang diperoleh. Persepsi inderawi kemudian digunakan untuk mengambil keputusan atau memandu berbagai pilihan komunikasi.
Tahap kedua dari proses persepsi adalah persepsi selektif. Yang dimaksud dengan persepsi selektif adalah proses mental dalam memilih informasi atau stimuli tertentu dari beragam informasi atau stimuli yang tersedia. Persepi selektif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas, pengulangan, keunikan, dan relevansi.
Tahap proses persepsi berikutnya adalah persepsi personal atau persepsi pribadi. Persepsi personal adalah pemahaman terhadap realitas yang ada.
Proses persepsi melibatkan proses mengumpulkan dan memilah informasi yang menjadi pusat perhatian. Selama proses penyaringan, kita memberikan makna terhadap kejadian atau peristiwa, orang, atau objek yang ada di sekitar kita.
Kemudian kita berkata kepada diri kita sendiri apa yang sedang terjadi, menafsirkan informasi, dan memutuskan bagaimana menanggapi informasi yang ada. Persepsi personal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai, kepercayaan, budaya, bias, prasangka, sikap, harapan, pengetahuan, dan keterampilan komunikasi.
Menurut Rakhmat (2001), memori memegang peranan yang sangat penting dalam komunikasi intrapersonal. Yang dimaksud dengan memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves (1976) dalam Rakhmat, 2001 : 62).
Sedangkan menurut Richard A. Kasschan (2003) yang dimaksud dengan memori adalah penyimpanan dan pemanggilan kembali apa yang telah dipelajari atau dialami oleh manusia.
Proses memori diawali dengan informasi yang diterima melalui alat indera kemudian diubah ke dalam bentuk yang dapat diolah oleh sistem saraf. Setelah informasi tersebut di-encode, informasi tersebut kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan.
Jumlah informasi yang disimpan di ruang penyimpanan tergantung pada seberapa penting dan sebesar usaha yang dilakukan untuk menyandi informasi tersebut. Informasi dapat disimpan untuk beberapa saat atau beberapa waktu lamanya.
Setelah informasi disimpan, informasi tersebut kemudian dipanggil untuk digunakan. Informasi yang dipanggil kembali tergantung pada seefisien apa informasi tersebut disandi dan disimpan.
Dari uraian singkat di atas, Mussen dan Rosenzweig (1973) dalam Rakhmat (2001) menyatakan bahwa memori melibatkan tiga proses kognitif sebagaimana yang disebutkan dalam teori kognitivisme yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan.
Lebih lanjut Kasschan (2003) juga menjelaskan bahwa sebagaimana halnya proses persepsi, proses memori juga berlangsung dalam tiga tahap yaitu memori inderawi, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.
Memori inderawi atau gudang inderawi adalah tempat penyimpanan sementara informasi yang diterima oleh alat indera. Dalam bukunya Psikologi Komunikasi, Rakhmat (2001) menyatakan bahwa bahwa memori inderawi lebih merupakan proses perseptual daripada memori.
Terdapat dua macam memori inderawi yaitu memori ikonis untuk materi yang diperoleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif.
Penyimpanan di memori inderawi berlangsung singkat yakni hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik. Memori inderawi inilah yang menyebabkan kita melihat rangkaian gambar seperti bergerak ketika menonton film.
Memori jangka pendek atau short-term memory adalah memori yang memiliki kapasitas dan durasi yang terbatas. Menurut Rakhmat (2001), memori jangka pendek merupakan tempat penyimpanan sementara bagi informasi yang telah disandi atau di-encode agar dapat diingat.
Memori jangka pendek hanya mampu mengingat plus minus tujuh bit informasi. Jumlah bit informasi oleh psikolog disebut dengan rentangan memori atau memory span. Para ahli psikologi menyarankan, jika ingin meningkatkan kemampuan memori jangka pendek maka informasi yang diterima sebaiknya dibagi menjadi beberapa kelompok. Proses pengelompokkan informasi ini disebut dengan chunk.
Setelah informasi ini disimpan sementara dalam memori jangka pendek, tahap selanjutnya adalah memasukkan informasi tersebut ke dalam memori jangka panjang.
Menurut Rakhmat (2001), memori jangka panjang atau long-term memory mengacu pada penyimpanan informasi dalam jangka waktu yang lama. Memori jangka panjang meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup.
Kita memasukkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan cara chunking (membagi menjadi beberapa chunk), rehearsals mengaktifkan memori jangka pendek untuk waktu yang lama dengan mengulang-ulangnya), clustering (mengelompokkan ke dalam konsep-konsep) atau method of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
Berpikir menurut Floyd L. Rusch (1967) adalah manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.
Sementara itu, menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig (1973) berpikir mengacu pada berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Menurut Taylor dkk (1975), berpikir ditujukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan yang baru. Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internal (Rakhmat, 2001 : 68).
Secara umum, terdapat dua cara berpikir dalam komunikasi intrapersonal yaitu berpikir secara autistik dan realistik. Berpikir autistik misalnya melamun, menghayal, atau berfantasi.
Dengan berpikir autistik, orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis. Sementara itu, berpikir realistik atau nalar adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Terdapat tiga macam berpikir realistik yaitu deduktif, induktif, dan evaluatif.
Mempelajari proses komunikasi dalam diri manusia dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah :
Demikianlah ulasan singkat tentang proses komunikasi dalam diri manusia. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang komunikasi dalam diri manusia dan prosesnya yang mengacu pada komunikasi intrapersonal.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…