Media memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan kuasa kebenaran dan realita sosial. Tak aneh jika media, termasuk media sosial yang saat ini sedang booming, menjadi ikon pembentuk konstruksi sosial. Efek media massa memiliki kekuatan yang cukup besar dalam pembentukan opini publik, terutama di jaman dimana teknologi internet dan media sosialnya yang berkembang pesat seperti saat ini.
Bagaimana media dapat membentuk opini publik? Seperti apa perannya? Pada artikel kali ini pakarkomunikasi.com akan memaparkan contoh peran media dalam opini publik sebagai referensi bacaan untuk anda. Selain itu, anda juga bisa membaca artikel peran media massa dalam pembentukan moral.
Peran merupakan sebuah konsep fungsional, aspek dinamis dari sebuah kedudukan (status) seseorang atau sesuatu. Peran mencakup tugas-tugas nyata yang dilakukan, atau tingkah laku yang diharapkan dilakukan dari seseorang/sesuatu yang memegang kedudukan tertentu. Peran mencakup tiga hal, yaitu rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam hidup bermasyarakat; konsep mengenai apa yang dilakukan seseorang/sesuatu dalam masyarakat; dan prilaku seseorang/sesuatu yang penting babi struktur sosial dalam masyarakat.
Media, atau yang jika dijabarkan menjadi media komunikasi massa, merupakan sebuah sarana untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas. Media massa menyampaikan pesan dari komunikator kepada masyarakat secara langsung. Media massa merupakan sumber informasi, sumber hiburan, serta sarana untuk mempromosikan sesuatu. Media terdiri dari beragam bentuk, baik cetak, elektronik, maupun komunikasi digital (baca: macam macam media komunikasi). Contoh media massa misalnya, koran, majalah, radio, televisi, portal berita (website), hingga akun portal berita di media sosial.
Opini publik merupakan pendapat masyarakat secara umum. Pendapat ini diperoleh dari sintesa pendapat dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terkait bidang opini tersebut. Kekuatan opini publik tidak bergantung pada kuantitas atau jumlah mayoritasnya, namun pada kualitas atau mayoritas yang efektifnya (baca peran media sosial dalam komunikasi digital). Opini publik dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif, baik melalui verbal, symbol, prilaku, bahasa tubuh, atau tanda-tanda lainnya. Opini publik bersifat bebas dan terbuka, mengungkapkan ide-ide, keinginan, keluhan serta kritik yang membangun.
Contoh
Seperti telah disinggung pada awal artikel, media memiliki peran dalam membentuk opini publik. Dengan keberadaannya, media menjadi sarana perluasan ide, gagasan, serta pemikiran terkait kenyataan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Media menjadi agen dalam membentuk citra dalam masyarakat, sebab pada dasarnya komunikasi merupakan proses interaksi sosial. Berikut ini contoh peran media massa dalam opini publik:
- Pada kasus pelecehan seksual yang terjadi di Jakarta International School tahun 2015 silam. Opini publik sanggup membuat nama sekolah asing milik swasta yang identik dengan sekolah anak-anak orang kaya tersebut ikut menjadi buruk. Berbeda dengan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Andri Sobari alias Emon di Sukabumi, Jawabarat; yang hanya menyeret nama pribadinya saja, tidak dengan nama sekolahnya. Padahal korban kejahatan yang dilakukannya jauh lebih banyak, hingga lebih dari 125 anak.
- Kemenangan Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2016, disinyalir didapatkan dengan memanfaatkan efek media sosial untuk menyebarkan informasi, baik berupa hoax (berita bohong) atau lainnya untuk membentuk opini publik yang menguntungkannya agar memenangkan kompetisi politik tersebut. Sebagian besar warga AS yang memiliki hak pilih membaca media sosial, dan hoax yang mereka baca tentu mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih. Dalam jurnal penelitian ‘Social Media and Fake News to the 2016 Election’ disebutkan bahwa keampuhan medsos dalam membentuk opini publik, bergantung padad efektivitas fake news yang disebar. Bagaimana kontennya, serta seberapa banyak pembacanya. Di AS 62% orang dewasa memperoleh informasi dari medsos, sehingga opini publik sebagian besar warga AS sangat dipengaruhi berita dari medsos.
- Sama halnya dengan di AS, di Indonesia yang sekitar 40% orang dewasanya adalah pengguna medsos; juga pembentukan opini publiknya sangat dipengaruhi medsos. Seperti pada cawapres terdahulu, yaitu Prabowo Subianto yang terkena dampak negatif media sosial. Media menyebarkan jejak kriminalitasnya di masa lampau, bahwa beliai diduga kuat mendalangi penculikan dan ‘penghilangan’ sejumlah aktivis pro-reformasi seperti Widji Tukul, Herman Hendrawan, Petrus Bima, dkk. Ia juga diduga merupakan dalang kerusuhan Mei 1998. Isu-isu ini membentuk opini publik, mempengaruhi pola pikir serta respon masyarakat mengenai Prabowo.
- Kasus ‘Cicak vVS Buaya’ juga merupakan salah satu contoh peran media dalam pembentukan opini publik. KPK yang menjalankan tugas untuk membongkar suatu kasus yang ditengarai memiliki kerterlibatan dengan Kabareskin dianggap sebagai cicak. Dalam hal ini, opini publik yang disebarkan lewat media lebih banyak menyerang Polri dan Kabareskim yang dianggap sebagai buaya (baca konstruksi realitas sosial).
- Opini publik di negri ini mengenai citra Polri juga sempat negatif akibat pengaruh media sosial. Porli memang mendapatkan citra positif dalam pengungkapan jaringan terorisme, namun dalam penanganan permasalahan lain (terutama di daerah) polisi tersudutkan. Porli ditunding perlu melakukan perbaikan, bahkan hingga muncul wacana reposisi Porli dalam sistem Tata Negara. Jika dilihat secara lebih detail, memang penanganan Porli diberbagai wilayah perlu di tingkatkan, namun hal tersebut dalam konsep manajemen, bukannya digiring dalam permasalahan politis (baca: media komunikasi politik). Dalam kasus ini, media massa memiliki peran besar dalam membangun opini publik terkait pencitraan, hingga dapat mendiskualifikasi kebenaran dan membuat publik tidal lagi mampu membedakan secara jernih antara realitas, representasi, simulasi, atau hipperrealitas.
- Gank Motor yang sebenarnya keberadaannya sudah ada sejak lama, sempat di cap negatif. Opini publik ini muncul setelah munculnya pemberitaan mengenai permasalahan yang dilakukan gank motor, seperti pengrusakan tempat, hingga pengeroyokan yang menimbulkan korban. Berita tersebut membuat masyarakat cemas (baca: pengaruh media massa terhadap masyarakat), dan meminta polisi menuntaskan masalah tersebut hingga ke akar-akarnya.
- Maria Ozawa, seorang bintang porno dari jepang pun pernah ditolak oleh masyarakat Indonesia, sehingga akhirnya batal datang ke Indonesia untuk bermain film. Hal ini disebabkan oleh pengaruh media sosial, pemberitaan mengenai siapa Maria Ozawa serta opini-opini mengenai dampak buruk yang akan diakibatkan oleh kedatangan Maria Ozawa ke Indonesia. Hingga akhirnya terbentuk opini publik yang menyatakan bintang film porno tersebut tidak pantas datang ke Indonesia.
- Opini publik yang melibatkan hubungan antar negara juga pernah terjadi di Indonesia. Misalnya terkait munculnya slogan ‘Ganyang Malaisia’ akibat insiden penangkapan aparat kelautan RI oleh TM Malaysia pada tahun 2010 silam.
- Opini publik lainnya mengenai Gaza. Media komunikasi online aktif menyebarkan mengenai penderitaan yang diakibatkan oleh penyerangan Israel terhadap penduduk di jalur Gaza. Hal ini membuat publik di Indonesia sangat membenci Israel, bahkan beberapa mengirimkan bantuan materi dan tenaga untuk membantu Palestina.
- Opini publik terbaru yang sedang ramai menjelang Pilpres 2019 yaitu munculnya kaos bertuliskan #2019GantiPresiden.
Demikian