Komunikasi massa adalah salah satu konteks komunikasi yang menerapkan teori kritis untuk mengkaji komunikasi massa dan media massa. Dalam komunikasi massa, fungsi media massa tidak hanya menyebarluaskan informasi.
Media massa juga merupakan organisasi yang sangat kompleks yang memainkan peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama untuk mempertahankan ideologi tertentu. Peran media massa, hubungan media massa dengan kekuasaan, dan media massa sebagai refleksi dan produk budaya inilah yang coba dikaji melalui teori-teori kritis dan kajian budaya dalam lingkup teori komunikasi massa.
Istilah teori kritis memiliki makna yang sifatnya umum dan khusus. Secara umum, teori kritis dimaknai sebagai sekumpulan teori yang mengkritisi kapitalisme dan dominasi. Sedangkan secara khusus, teori kritis mengacu pada pemikiran para ahli yang tergabung dalam Frankfurt School khususnya Theodor W. Adorno, Max Horkheimer, Jurgen Habermas, dan Herbert Marcuse.
Teori kritis sendiri didefinisikan sebagai sebuah pendekatan yang mempelajari masyarakat secara dialektis dengan menganalisa politik ekonomi, dominasi, eksploitasi, dan ideologis. Teori kritis merupakan pendekatan normatif yang didasarkan atas penilaian bahwa dominasi adalah sebuah permasalahan dan karenanya dibutuhkan masyarakat yang bebas dari dominasi.
Teori kritis sangat bermanfaat untuk mempelajari komunikasi karena teori kritis menyuguhkan kerangka kerja untuk menganalisa kompleksitas dan kontradiksi marjinalisasi dan resistensi dalam masyarakat.
Berdasarkan tradisi kritis teori komunikasi, sebagian besar teori komunikasi menurut para ahli menitikberatkan pada media massa. Hal ini dikarenakan media massa memiliki potensi untuk menyebarluaskan dan mempertahankan ideologi dominan serta menampilkan ideologi oposisi dan alternatif.
Bagi beberapa ahli teori kritis, media merupakan bagian dari industri budaya yang menciptakan simbol-simbol dan gambar yang dapat digunakan untuk menekan kelompok marjinal. Secara umum, teori kritis diterapkan untuk mempelajari atau mengkaji media.
Menurut Denis McQuail, terdapat lima cabang teori media kritis yaitu teori Marxisme klasik, teori media politik ekonomi, teori-teori dari aliran Frankfurt School, teori hegemoni media, dan teori kajian budaya. Kelima cabang teori media kritis tersebut juga termasuk dalam teori media massa yang telah kita singgung sebelumnya.
1. Teori Marxisme Klasik
Marxisme klasik atau classical Marxism mengacu pada teori ekonomi, filsafat, dan sosiologi yang dijelaskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Berdasarkan teori Marxisme klasik, media dipandang sebagai alat yang digunakan oleh kelas penguasa untuk menyebarluaskan ideologi dominan kepada masyarakat dan menekan kelompok sosial atau kelas sosial lainnya.
Karena media dimiliki oleh sekelompok pengusaha, maka pemilik media memiliki kendali langsung atas isi media, pemilik media dapat menggunakan media dengan leluasa untuk menyebarkan ideologi dominan yang membenarkan posisi dan kekuasaan kelas penguasa, manajer media tunduk pada keinginan pemilik media.
Wartawan bergantung pada pemiliki media untuk pekerjaan mereka sehingga tidak mungkin untuk memberitakan hal-hal yang sifatnya menentang status dan otoritas kelas penguasa, dan khalayak diasumsikan pasif mengkonsumsi pesan media tanpa berpikir sebagaimana dijelaskan dalam teori jarum hipodermik.
2. Teori Politik-Ekonomi
Para ahli teori politik-ekonomi mengkaji atau mempelajari bahwa kaum elit mengontrol atau mengendalikan institusi ekonomi seperti bank dan pasar saham, dan kemudian mencoba untuk menunjukkan bagaimana kontrol yang dilakukan oleh kaum elit berdampak pada institusi sosial lainnya termasuk media massa.
Sebagaimana halnya Marxisme klasik, mereka menolak atau menyalahkan kepemilikan media yang menjadi penyebab sakitnya masyarakat.
Menurut teori politik ekonomi, isi media merupakan komoditas yang dapat dijual kepada pasar dan informasi yang disebarluaskan melalui media massa mendapat pengawasan oleh pasar. Sistem seperti ini mengarah pada marjinalisasi kelompok lain.
3. Frankfurt School
Frankfurt School mengacu pada sekumpulan peneliti atau ahli teori yang berkaitan dengan Intitute of Social Research di di Jerman. Beberapa tokoh yang termasuk dalam Frankfurt School dianataranya adalah Max Horkheimer, Theodor W. Adorno, Herbert Marcuse, Walter Benjamin, Erich Fromm, Leo Lowenthal, dan Friedrich Pollock.
Frankfurt School mengembangkan teori kritis dan mempopulerkan metode pembelajaran dialektika dengan mempertanyakan media massa, budaya pop, dan keberadaan teori sosial.
Dalam kajian media, Frankfurt School memandang media sebagai alat untuk membentuk budaya, menempatkan perhatian lebih banyak terhadap ide atau gagasan dibandingkan dengan materi yang baik. Media diarahkan pada penyebaran ideologi dominasi yang disebarkan oleh kaum elit untuk mendatangkan keuntungan bagi kelas dominan. Penyebaran ideologi dominasi melalui media massa oleh kaum elit merupakan salah satu contoh propaganda dalam media massa.
4. Teori Hegemoni Media
Konsep hegemoni pertama kali dikenalkan oleh Antonio Gramsci yang mengacu pada kepemimpinan moral, filsafat, dan politik dari suatu kelompok sosial yang diperoleh dengan tidak menggunakan kekerasan melainkan dengan persetujuan aktif dari kelompok sosial lainnya melalui pengambilalihan kendali atas budaya dan teknologi.
Teori hegemoni media atau teori hegemoni dalam komunikasi massa berakar dari ekonomi Marxist dan konsep hegemoni. Dalam konsep hegemoni, gagasan kelas penguasa dalam masyarakat menjadi gagasan yang berkuasa. Menurut teori hegemoni media, media dikendalikan oleh kelas dominan dalam masyarakat dan sebagai alat untuk mengerahkan kendali atas kelas atas masyarakat.
Teori ini juga berpendapat bahwa berita dan isi media lainnya dibentuk untuk kebutuhan ideologi perusahaan atau kapitalis (Baca juga : Contoh Hegemonitas dalam Pengembangan Media Massa).
5. Teori Kajian Budaya
Kajian budaya adalah bidang penelitian lintas disiplin ilmu yang meneliti konteks budaya, elemen, dan dampak pesan yang berasal dari media. Kajian budaya menitikberatkan pada sarana dimana masyarakat menciptakan makna dan melekatkannya pada obyek, gagasan, dan praktek sehari-hari.
Para peneliti kemudian menentukan bagaimana obyek dan ide tersebut mengubah atau memperkuat budaya dengan menghubungkan aspek ideologi, etnis, kelas sosial, dan gender.
Para peneliti kajian budaya berupaya untuk memahami budaya secara umum yang mencakup bentuk, sejarah, asal muasal, dan konteks politik. Kajian budaya mencakup beberapa pendekatan dan filosofis metodologis yang berbeda termasuk teori postmodern, hermeneutika, pasca-strukturalisme, pragmatisme dan Marxisme.
Terkait dengan media massa, para ahli mengandalkan semiotika komunikasi untuk memahami makna budaya dari produk media. Mereka melihat bagaimana isi media ditafsirkan baik oleh kelompok dominan maupun oposisi. Dalam kajian budaya, masyarakat dipandang sebagai bidang gagasan yang saling bersaing
Mempelajari teori kritis dalam media massa dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
Demikianlah ulasan singkat tentang teori kritis dalam media massa. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori kritis dalam media massa terkait dengan pengertian dan berbagai macam teori kritis dalam media massa.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…