Teori atribusi dalam komunikasi interpersonal adalah salah satu teori komunikasi interpersonal yang digolongkan ke dalam teori-teori yang menekankan pada adanya motivasi dalam suatu hubungan. Secara umum teori atribusi menyuguhkan sebuah karangka kerja untuk memahami bagaimana setiap individu menafsirkan perilaku orang lain dan perilaku diri mereka sendiri. Menurut pencetusnya yaitu Fritz Heider, umumnya orang termotivasi untuk memahami perilaku dan pola perilaku.

Orang mengembangkan penjelasan pribadi tentang motivasi orang lain yang pada gilirannya mempengaruhi tindakan mereka terhadap orang lain. Setelah melakukan pengamatan dan menentukan apakah perilaku tersebut disengaja atau tidak, orang cenderung untuk mengelompokkan penyebab perilaku tersebut apakah disebabkan oleh seseorang atau situasi. (Baca juga : Teori Persepsi dalam Komunikasi Antar Pribadi)

Bagaimanakah teori atribusi dalam komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi selengkapnya? Berikut adalah ulasan singkatnya.

Pengertian

Menurut Bertram F. Malle (2011), dalam psikologi sosial istilah atribusi memiliki dua makna, yaitu penjelasan perilaku dan kesimpulan. Kedua makna tersebut memiliki kesamaan yaitu atribusi sebagai proses penugasan. Atribusi sebagai penjelasan perilaku merujuk pada penyebab perilaku yang terjadi  sedangkan atribusi sebagai kesimpulan merujuk pada kualitas atau atribut yang diberikan kepada seseorang berdasarkan perilaku yang tampak.

Dalam psikologi komunikasi, istilah atribusi merujuk pada proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pola perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979 dalam Rakhmat, 2001 : 93). Fritz Heider (1958) adalah orang pertama yang mengenalkan teori atribusi psikologis. Teori atribusi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Edward Jones dan Keith Davis (1965), Harold Kelley (1967, 1972), dan Bernard Weiner (1974) sehingga menjadi sebuah paradigma penelitian utama dalam psikologi sosial. Fritz Heider mendiskusikan apa yang ia sebut dengan psikologi naïf atau psikologi commonsense yang memandang manusia sebagai seorang psikolog amatir yang mencoba untuk memahami perilaku orang lain dengan mengumpulkan berberapa informasi hingga mereka sampai pada penjelasan atau alasan yang masuk akal.

Menurut Heider, perilaku ditentukan oleh faktor situasional atau kausalitas eksternal dan faktor personal atau kausalitas internal.

  • Faktor personal atau kausalitas internal berhubungan dengan atribusi personal seperti kemampuan, keterampilan, jumlah usaha yang dilakukan, dan lain-lain.
  • Faktor situasional atau kausalitas eksternal berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan seperti aturan dan kebijakan organisasi, cuaca, dan lain-lain.

Baca juga :

Kriteria Dasar dalam Membuat Atribusi

Di dalam membuat atribusi dan menentukan apakah atribusi bersifat internal atau eksternal, Harold Kelley menyuguhkan beberapa kriteria dasar yaitu kekhasan, consensus, dan konsistensi.

  • Kekhasan merujuk pada bagaimana kekhasan perilaku atau tindakan dalam situasi. Dalam artian, apakah seseorang akan berperilaku atau bertindak yang sama pada situasi yang lain atau hanya pada situasi ini saja.
  • Konsensus merujuk pada apakah orang lain akan berperilaku sama seperti orang lain dalam situasi yang sama.
  • Konsistensi merujuk pada apakah orang lain akan bertindak yang sama pada situasi yang lain.

Kelley berpendapat bahwa orang mengaitkan perilaku dengan kausalitas internal atau faktor personal ketika mereka melihat kekhasan yang rendah, konsensus yang rendah, dan konsistensi yang tinggi. Sementara itu, orang mengaitkan perilaku dengan kausalitas eksternal atau faktor situasional ketika orang merasakan kekhasan yang tinggi, konsensus yang tinggi, dan konsistensi yang rendah.

Baca juga : Faktor Penyebab Distorsi dalam Komunikasi

Jenis Teori

Terdapat dua macam teori atribusi dalam komunikasi interpersonal, yaitu :

  1. Correspondent inference theory – menggambarkan bagaimana persepsi waspada menemukan maksud dan disposisi pribadi seseorang dari tingkah lakunya. Teori ini adalah teori yang menjelaskan bagaimana kita menggunakan perilaku orang lain sebagai asumsi dasar untuk menilai stabilitas kepribadian mereka.
  2. The covariation principle – menyatakan bahwa untuk suatu faktor yang menjadi penyebab perilaku itu harus hadir saat perilaku terjadi dan tidak ada saat perilaku tidak terjadi. Teori ini menjelaskan apakah perilaku berasal dari penyebab internal atau eksternal. Dalam konteks ini, orang membuat kesimpulan internal atau eksternal setelah mengumpulkan tiga jenis informasi, yaitu obyek stimulus yang dirasakan, orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan keseluruhan konteks seputar peristiwa tersebut. Ketiga jenis informasi ini dikenal dengan kekhasan, konsensus, dan konsistensi.

Baca juga :

Bias Atribusi

Beberapa kecenderungan atau bias dapat mendistorsi interpretasi yang kita buat terkait perilaku yang diamati. Menurut para ahli, terdapat lima bias atribusi yang dapat diidentifikasi yaitu kesalahan mendasar, atribut defensif, efek pengamat, bias yang melayani diri sendiri, dan kesalahan atribut mendasar.

  • Kesalahan mendasar merujuk pada pengamatan bahwa atribusi lebih sering dilakukan dalam hal kausalitas internal. Kesalahan mendasar adalah kecenderungan yang meluas untuk menyimpulkan penyebab internal daripada penyebab tindakan eksternal. Kecenderungan ini adalah sebuah fenomena budaya.
  • Atribusi defensif berakar dari kepercayaan akan dunia yang adil. Jenis distorsi ini ditandai dengan adanya kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan yang mereka alami dan merupakan perpanjangan dari kesalahan mendasar.
  • Efek pengamat menekankan pada adanya fakta bahwa actor membuat atribusi yang berebda tentang dirinya sendiri dibandingkan dengan pengamat.
  • Bias yang melayani diri sendiri merujuk pada kecenderungan untuk mengaitkan hasil positif dengan faktor internal dan untuk mengaitkan hasil negatif dengan faktor eksternal.
  • Kesalahan atribusi mendasar mengacu pada adanya fakta bahwa tindakan dan perilaku yang diinginkan dikaitkan dengan faktor internal apabila dibuat oleh anggota di dalam kelompok dan penyebab eksternal untuk anggota di luar kelompok.

Baca juga :

Manfaat Mempelajari Teori Atribusi dalam Komunikasi Interpersonal

Mempelajari teori atribusi dalam komunikasi interpersonal dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  • Kita dapat mengetahui dan memahami arti istilah atribusi
  • Kita dapat mengetahui dan memahami kriteria dasar dalam membuat atribusi
  • kita dapat mengetahui dan memahami teori-teori atribusi dalam komunikasi interpersonal
  • Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai macam bias dalam atribusi

Demikianlah ulasan singkat tentang teori atribusi dalam komunikasi interpersonal. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori atribusi sebagai salah satu teori-teori komunikasi antar pribadi khususnya dan teori komunikasi pada umumnya.

Recent Posts

Stonewalling: Pengertian dan Dampaknya

Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…

3 years ago

Komunikasi Pemasaran Terpadu – Pengertian, Tujuan, Strategi, Proses

Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…

4 years ago

6 Strategi Komunikasi Efektif Saat Pandemi

Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…

4 years ago

8 Tips Komunikasi Efektif Di Media Sosial

Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…

4 years ago

9 Teknik Digital Marketing Paling Efektif

Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…

4 years ago

5 Contoh Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Komunikasi  Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…

4 years ago