Etnosentrisme merupakan penilaian terhadap kebudayaan lain dengan menggunakan sudut pandang budayanya sebagai tolak ukur. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, etnosentrisme bisa dipandang sebagai fanatisme, yaitu kecintaan berlebihan terhadap suku/budaya sendiri, sehingga menimbulkan penilaian yang lebih rendah kepada individu/kelompok lain yang tidak satu kelompok dengannya.
Sedangkan dalam konteks komunikasi, kita dapat mengartikan etnosentrisme sebagai kecenderungan masyarakat untuk berkomunikasi sesuai dengan budaya atau bahasa daerahnya. Etnosentrisme dalam hal komunikasi dapat memberikan sesuatu yang positif. Misalkan dalam hal bahasa daerah, etnosentrisme dapat menjaga keutuhan bahasa tersebut agar dapat diwariskan turun-temurun dalam masyarakat, serta menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap tradisi daerahnya.
Namun, etnosentrisme juga dapat menjadi hambatan dan memberikan efek yang negatif. Apabila etnosentrisme bersifat infleksibel, seseorang akan kesulitan untuk menilai perilaku orang lain berdasarkan latarbelakangnya karena ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimilikinya.
Selain itu, etnosentrisme juga dapat menjadi hambatan komunikasi lintas budaya. Apabila seseorang masih memiliki pemikiran bahwa budayanya lebih unggul, ia akan cenderung untuk membatasi komunikasinya dengan individu/kelompok dari budaya asing yang bertentangan dengan budayanya.
Hal inilah yang kerap kali menimbulkan pertikaian antar individu/kelompok yang berbeda budaya, karena yang satu merasa tidak dihargai oleh yang lain. Maka dari itu dibutuhkan empati dalam komunikasi budaya untuk menghindari kesalahpahaman.
Pada dasarnya, komunikasi bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada penerima/komunikan. Oleh karena itu, komunikator perlu menggunakan tata bahasa yang dapat dimengerti oleh komunikan, sehingga komunikan dapat menafsirkan pesan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh komunikator.
Apabila keduanya berasal dari budaya atau latar belakang yang berbeda, mereka perlu mengontrol atau mengendalikan etnosentrime masing-masing agar dapat menghasilkan proses komunikasi efektif. Dan dalam artikel ini, akan diuraikan beberapa cara untuk menghadapi etnosentrisme dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut :
Supaya komunikasi dapat berhasil, masing-masing pihak perlu berpikir terbuka dan terbiasa dengan berbagai pemikiran. Kemampuan ini akan membantu kita mengendalikan pandangan dan tanggapan kita terhadap sesuatu hal. Sehingga, output yang keluar tidak hanya berdasarkan pendapat pribadi, melainkan sesuatu yang bersifat umum dan bisa diterapkan atau dipahami oleh pihak lain. Sikap yang terbuka ini berasal dari pola pikir bahwa setiap orang memiliki pendapat masing-masing dan kita tidak bisa menilai hanya dari persepsi diri sendiri.
Cara selanjutnya untuk menghadapi etnosentrisme dalam komunikasi adalah dengan menghargai perbedaan. Pahami bahwa setiap orang memiliki perbedaan. Bahkan, dalam satu suku saja masing-masing individu dapat memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda.
Karena pada dasarnya, manusia menciptakan lingkungan atau budaya sendiri sebagai proses adaptasi terhadap lingkungan fisik maupun biologis. Dan seiring berjalannya waktu, perubahan-perubahan lain akan terus terjadi karena munculnya penemuan baru, penyebaran kebudayaan, dan penerimaan kebudayaan.
Inilah mengapa setiap suku di Indonesia memiliki pandangan dan nilai-nilai yang berbeda. Nilai-nilai yang telah tertanam sejak lahir ini yang akhirnya mempengaruhi individu dalam menilai dan menyikapi sesuatu hal.
Etnosentrisme mungkin tidak akan berpengaruh pada masyarakat yang memiliki banyak persamaan, namun masalah akan timbul apabila mereka berkomunikasi dengan masyarakat dari budaya luar atau bahkan dari negara yang berbeda. Ketidakmampuan untuk memahami hakikat perbedaan menjadi salah satu penyebab kegagalan komunikasi antar budaya.
Etnosentrisme mungkin masih dapat dipertahankan, namun dengan batasan tertentu dan dengan pemahaman yang berbeda mengenai sebuah perbedaan. Di satu sisi, etnosentrisme dapat mempererat kekeluargaan dan dapat saling memberikan rasa aman dalam suatu kelompok.
Ini merupakan hal yang positif. Namun, apabila konteksnya mulai meluas, perlu adanya pandangan baru akan makna sebuah perbedaan. Perbedaan bukan untuk mengotak-kotakkan, melainkan untuk memberikan warna, suasana, dan hal-hal yang baru.
Seperti yang telah disinggung di poin nomor satu, pemikiran yang terbuka dapat membuat kita terbiasa dengan pemikiran baru, sehingga kita dapat mengontrol output yang keluar dari diri kita. Dan salah satu bentuk kontrol tersebut adalah dengan menghindari sikap menghakimi orang lain. Apabila kita sedang berkomunikasi, terutama dengan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, posisikan dia sejajar dengan kita.
Apabila seseorang menyampaikan pemikirannya, dengarkan dan hargai pendapatnya. Jangan memberikan asumsi sebelum benar-benar melihat dari sudut pandangnya, sehingga kita juga dapat menangkap apa yang ia maksud sesuai dengan jalan pikirannya.
Dengan begitu, satu dengan yang lain dapat saling mengisi dan memberi masukan. Karena apabila kita ingin dihargai, maka kita juga harus menghargai orang lain.
Untuk membiasakan diri terhadap perbedaan, Anda perlu terbiasa menjalin komunikasi dengan setiap orang, sekalipun mereka memiliki latar belakang dan budaya yang bertolak belakang dengan Anda. Apabila sudah terbiasa, Anda akan lebih mampu untuk menilai sesuatu dari berbagai sisi dan pertimbangan.
, respon yang keluar tidak hanya berlaku bagi diri Anda atau kelompok tertentu, melainkan bisa dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak. Hal ini akan sangat berguna dalam komunikasi di tempat kerja dan menjadi salah satu faktor untuk mencapai komunikasi dalam dalam lingkungan bisnis. Anda akan sangat membutuhkan skill poin nomor enam ini apabila Anda memiliki tujuan untuk menjadi seseorang yang sukses dalam dunia profesional.
Mungkin Anda adalah orang yang sudah dapat mengendalikan etnosentrisme, namun lingkungan Anda tidak sepenuhnya memahami makna perbedaan. Nah, inilah tantangan bagi Anda bagaimana cara untuk menanggapinya. Satu-satunya jalan agar etnosentrisme tidak menjadi masalah dalam hubungan komunikasi adalah dengan memberikan respon yang positif. Jangan mudah tersinggung dan jangan mudah terpancing.
Sekian artikel mengenai cara menghadapi etnosentrisme dalam komunikasi. Semoga artikel ini dapat bermanfaat serta membantu Anda untuk menjadi seseorang yang bijaksana dalam berkomunikasi. Terima kasih.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…