Model Komunikasi Massa – Pengertian – Proses

Udah baca judul di atas dong? Dari judulnya barangkali kalian sudah tahu ya apa yang akan kita bahas kali ini.

Yap benar, pada kesempatan kali ini kita akan membahas beberapa hal yang tentunya tetap berkaitan dengan Model Komunikasi Massa. Selain itu, di sini kita juga akan memberikan beberapa contoh dari Model-model komunikasi massa. (Baca juga: Teori Komunikasi Persuasif)

Jika bicara soal Komunikasi Massa, tentu hal tersebut sangatlah berkaitan erat dengan peranan Media Massa. Karena dari suatu informasi yang disampaikan oleh Media Massa kepada Masyarakat, pastinya hal tersebut nantinya akan menjadi konsumsi khalayak ramai yang kemudian bisa menimbulkan suatu bentuk Komunikasi Massa yang membuat beberapa individu maupun kelompok yang pasti akan mendiskusikan suatu informasi dari media massa tersebut.

Baca juga:

Pro & Kontra Model Komunikasi Massa

Terkadang berita yang digiring oleh suatu media massa dapat menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat luas.Dan Seringkali, dalam suatu lingkup komunikasi massa, kita tentunya sangat memerlukan “Model” dalam hal komunikasi massa tersebut. (Baca juga: Sejarah Televisi Indonesia)

Nah Model komunikasi massa yang dimaksudkan di sini adalah, suatu acuan atau gambaran yang bisa dijadikan sebagai titik tengah guna mempermudah para audiens dalam memahami beberapa informasi yang sedang atau akan dibahas nantinya, agar tidak sampai melenceng jauh dari topik pembahasan.
Serta membuat arah pembicaraan agar tetap berfokus pada satu arah saja.

Macam-Macam Model Komunikasi Massa

Adapun macam-macam model komunikasi massa yang kali ini akan kita bahas beserta contohnya adalah sebagai berikut:

A. Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of Communication)

Model komunikasi satu tahap merupakan model komunikasi yang menyatakan bahwa saluran media telah berkomunikasi secara langsung dengan massa komunikan tanpa adanya perantara orang lain, namun pesan tersebut telah sampai ke semua komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama kepada setiap komunikan.

Ciri-ciri model satu tahap ini di antaranya telah mengakui bahwa:

  • Media tidak kuat
  • Aspek pilihan dari pengemasan, penerimaan, dan tahannya dalam ingatan yang selektif dalam mempengaruhi pesan.
  • Setiap komunikan memiliki efek yang berbeda-beda.

Adapun contoh dari Model Komunikasi Satu Tahap ini adalah sebagai berikut, misal seperti sekelompok ibu-ibu PKK yang tergerak ataupun telah merencanakan sebelumnya untuk mengadakan suatu penyuluhan langsung kepada para warga di daerah setempat untuk berkomunikasi dan mensosialisasikan kepada para warga yang benar benar belum memahami betul mengenai dampak yang kelak akan ditimbulkan bagi kesehatan lingkungan maupun bagi kesehatan keluarga inti nantinya apabila jentik nyamuk yang bersarang di bak mandi tidak dibasmi. (Baca juga: Pengertian Media Menurut Para Ahli)

Serta memberikan beberapa informasi mengenai berapa kali dalam seminggu setiap warga harus menguras bak mandi di rumah mereka.

Nah itulah yang dimaksud dari contoh model one step flow communication.

Baca juga:

B. Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow of Communication)

Model komunikasi dua tahap ini dipopulerkan dari teori ketiga pakar komunikasi di antaranya Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet pada tahun 1948 yang berhasil memberi asumsi bahwa ide-ide kebanyakan muncul dari radio dan surat kabar. Tahapan-tahapan model komunikasi dua tahap di antaranya:

  • Tahap 1: Dari media massa kepada masyarakat tertentu seperti pemuka pendapat selaku gate keepers. Pesan-pesan tersebut akan disampaikan kepada anggota lainnya sebagai tahap 2.
  • Tahap 2: Pesan-pesan tersebut akhirnya dapat diterima kepada masyarakat secara umum.

Contoh lain dari komunikasi dua tahap ini adalah, komunikasi mengenai kebersihan lingkungan serta dampak jentik nyamuk bagi kesehatan para warga yang tentunya tidak hanya disampaikan langsung melalui para individu di kalangan warga setempat saja. Melainkan sekelompok orang pun turut andil didalam melakukan komunikasi massa melalui media seperti wawancara melalui Radio, Televisi Lokal, dan tak lupa juga informasi tersebut turut disampaikan melalui surat kabar. Hal ini dilakukan agar informasinya dapat mencakup lebih banyak orang lagi. Jadi semakin banyak informasi terpampang diberbagai media, maka akan semakin cepat juga informasi tersebut teraampaikan ke banyak kalangan. (Baca juga: Etnografi Komunikasi)

C. Model Komunikasi Banyak Tahap (Multi Step Flow of Communication)

Model komunikasi massa banyak tahap ini sebenarnya merupakan gabungan dari model satu tahap dan dua tahap. Model komunikasi massa ini telah dipopulerkan oleh Paul Lazarsfeld yang merupakan seorang sosiologis pada tahun 1944 dan dilanjutkan oleh Elihu Katz dan Lazarsfled pada tahun 1955. Model komunikasi massa banyak tahap telah menyampaikan bahwa pesan kepada masyarakat melalui interaksi yang kompleks. Model komunikasi ini bisa secara langsung, bisa juga melalui beranting seperti melalui pemuka pendapat terlebih dahulu, lalu dilanjutkan ke masyarakat umum.

Nah untuk Model Komunikasi Banyak Tahap ini contohnya adalah Informasi yang disampaikan ke masyarakat luas tidak hanya oleh satu kelompok saja. Melainkan oleh banyak kelompok dengan tujuan untuk membatu agar informasi tersebut lebih tersorot dan cepat naik ke permukaan dan dapat dengan mudah dijangkau oleh khalayak ramai. Sehingga bisa dikatakan, kalau model komunikasi banyak tahap ini masuk ke dalam lingkup informasi yang telah mencapai tingkat nasional. (Baca juga: Strategi Komunikasi Pemasaran)

Di mana ketika informasi tersebut telah naik ke permukaan, maka akan banyak kalangan yang pro atau mendukung serta turut mengadakan aksi nyata semisal “Minggu bersih dari jentik nyamuk.” Selain itu, kita pun memiliki Ruang dan Sumberdaya yang amat mendukung dalam hal ini, seperti media sosial dan kalangan anak muda. (Baca juga: Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)

Mengapa? Karena di era global saat ini media sosial sangat amat memiliki kekuatan yang cukup besar untuk membantu menaikkan level suatu informasi ke tahap yang lebih tinggi agar mencakup lebih banyak kalangan lagi.

Contoh kecil adalah, Semisal hanya dengan penggunaan satu Akun Twitter yang menulis aksi kegiatan minggu bersih dengan menggunakan hastag atau tanda pagar seperti #MingguBersihDariJentikNyamuk saja, informasi melalui hastag tersebut dalam hitungan satu hari saja bisa langsung naik ke level mancanegara. Atau dalam istilah dunia Twitter biasanya terkenal dengan istilah “Trending Topic World Wide”

Baca juga:

Namun hal tersebut baru akan terjadi, bila tweet yang di post oleh salah satu akun Twitter tersebut dire-tweet (dipost ulang) oleh para warga penghuni Twitter lainnya.

Maka dari itu, beberapa kalangan biasanya selalu memulai suatu trend baru dengan penggunaan hastag di dunia Twitter tersebut. Dan sering kali hal itu dimulai dari atau oleh account pribadi maupun account official ternama yang telah memiliki banyak followers atau pengikut di akun media sosialnya. (Baca juga: Macam-Macam Komposisi Fotografi)

Mengapa trend tersebut harus dimulai dari personal maupun official account yang memiliki banyak followers? Hal tersebut dikarenakan dapat mempermudah penyebaran awal dari suatu trend yang akan dibuat. Contohnya, misal Akun Twitter salah satu wali kota di Indonesia membuat kicauan seperti,
Kepada seluruh warga, diinfokan mari hari ini kita kerja bakti bersama-sama antar desa, kecamatan, hingga kota dalam rangka #MingguBersihDariJentikNyamuk. Dalam rangka mensosialisasikan pentingnya kesehatan bagi kita semua. Dimulai dari hal kecil.” (Baca juga: Teori Semiotika Charles Sander Peirce)

Maka tak lama, kicauan tersebut pastilah akan langsung di retweet oleh para followers dari wali kota tersebut. Dan dari situ pasti retweet-an lainnya akan terus bermunculan, menyebar hingga ke kota lainnya. Bahkan mungkin akan berlanjut setiap kota lainnya akan turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.Dengan menggunakan hastag yang sama namun berbeda kota.

Mengapa begitu? Karena followers orang yang meretweet pasti tidak hanya berasal dari satu kota itu saja. Melainkan pasti ada yang berasal dari kota lainnya. (Baca juga: Teori Semiotika Roland Barthers) Sehingga hal tersebut dapat membuat orang yang tinggal di kota lainnya merasa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan dengan tema yang sama. Sampai pada akhirnya, bisa jadi kegiatan yang ditweet oleh salah satu wali kota di Indonesia tersebut bisa menjadi kegiatan nasional yang kemudian turut dilaksanakan di seluruh kota di Indonesia. (Baca juga: Pengertian Media Sosial menurut Para Ahli)

Nah itulah The Power of Media Sosial. Karena percaya atau tidak, di zaman moderenisasi seperti saat ini kekuatan sosial media sangatlah berperan aktif dalam kehidupan sehari-hari.

Positifnya dari media sosial dalam hal membentuk komunikasi massa adalah, dengan membuat Kalangan anak muda di era ini sudah bisa melek dan sadar akan keadaan sekitar.

Baca juga:

Namun negatifnya adalah, akhir-akhir ini media sosial seringkali dimanfaatkan untuk menyebarkan berita kebohongan atau terkenal dengan sebutan “hoax”. Maka dari itu, kita perlu berhati-hati juga dalam hal melakukan komunikasi massa dengan penggunaan media sosial sebagai alatnya. (Baca juga: Media Komunikasi Modern) Jangan asal membagikan atau men-share berita yang viar di media sosial yang belum tentu dan belum dapat dipastikan kebenarannya. Nah itulah sedikit informasi mengenai Model Komunikasi Massa yang dapat kita bahas dikesempatan kali ini.